Refleksi Akhir Tahun 2011 – deBlogger

Menyambung tulisan saya di portal deBlogger yang berjudul Catatan Akhir Tahun 2011, pada tulisan ini saya ingin membagikan pemikiran-pemikiran pribadi yang lebih jauh terhadap deBlogger yang sengaja tidak saya bagikan sebelumnya karena memang tidak mencerminkan pendapat umum komunitas.

1. Kolektif

Di bulan Maret 2011, pergantian kepengurusan terjadi dengan cara yang sebenarnya tidak mulus. Berawal dari kevakuman selama berbulan-bulan dan sistem kepengurusan yang terlalu bergantung pada satu orang yang kebetulan sedang terjebak kesibukan kantor, akhirnya komunitasnya sendiri terbengkalai tanpa inisiatif. Pada saat itulah saya mengambil langkah yang tidak populer: menggugat. Oleh karena kevakuman, maka saya umumkan kepengurusan tersebut demisioner dan membuka rekrutmen pengurus baru untuk akhirnya memilih ketua baru. Atau kalau cara ini tidak bisa ditempuh, opsi lainnya adalah membubarkan diri.

Saya akui cara ini tidak patut dicontoh sebab bagaimana pun situasinya, ‘kudeta’ tidak akan menyelesaikan masalah. Banyak yang beranggapan bahwa tindakan itu dilakukan karena saya berambisi menjadi ketua deBlogger dan bahwa cara ini akan menimbulkan sakit hati satu pihak. Dan memang yang dikuatirkan tersebut terjadi; ada yang tersakiti dan mundur teratur dari komunitas untuk kemudian menyendiri. Itulah yang secara pribadi saya sesali.

Namun langkah sudah dibuat dan mesti dijalani dengan konsekuen. Kepengurusan baru terbentuk dan untuk pertama kalinya deBlogger mengenal sistem kolektif. Sistem ini memungkinkan Tim Inti, yang terdiri dari Aris Sunawar, Iman Sulaiman, Luvie Melati, dan saya sendiri, mengambil keputusan secara mandiri tanpa harus menunggu persetujuan ketiga anggota tim lainnya. Ini berarti meski Aris menjabat sebagai ketua, yang lain bisa mengambil langkah sendiri dan keempat anggota sudah berkomitmen untuk mendukung apapun itu. Pada akhirnya sistem ini berjalan lancar dan unik karena mengembangkan pula persahabatan baru di antara keempat anggota Tim Inti. Saling melontar canda, kritik dan komentar pedas di Whatsapp sudah menjadi makanan sehari-hari. Seperti kata Luvie, kami jarang satu suara namun perbedaan itulah yang justru merekatkan.

2. Jurnalisme Warga

Sebagai komunitas blogger berbasis wilayah, sudah selayaknya kita mengamati dan mewartakan pembangunan daerah dan manusianya, meski ini juga bukan jalan satu-satunya untuk berkarya. Untuk poin ini, saya menilai deBlogger minus karena belum menjalankan apa yang telah menjadi komitmen kita di awal terbentuknya komunitas. Dimulai dari Tim Inti saja deh: dari keempat orang yang ada, hanya Aris yang tinggal di Depok. Yang lainnya (termasuk saya tentunya) gagal menjalankan tugas ini selama tahun 2011. Harapan saya di tahun 2012 adalah aktifnya beberapa blogger yang terlibat sebagai reporter dan menulis tentang Depok, terutama geliat komunitas online yang mulai semarak di kota ini sejak beberapa bulan terakhir.

3. Program

Dalam kepengurusan yang berjalan begitu cair, program-program tercetus secara spontan yang tentunya baik. Namun ada yang secara hakiki kita lupakan: ketiadaan perencanaan program secara teratur untuk jangka panjang. Hati kecil saya merasa iri dengan munculnya teman-teman komunitas online di Depok yang aktif menyelenggarakan sharing bulanan; beberapa penggeraknya justru adalah orang-orang lama di deBlogger. Namun selayaknya itu menjadi cambuk bagi kita untuk melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat. Sadar bahwa deBlogger tidak cukup terposisikan di lingkungan blogger dan onliner Indonesia (kritikan Eno seringkali keras soal ini), saya ingin deBlogger menyusun strategi social media yang baru di tahun depan.

Namun di tengah redupnya deBlogger di dunia social media ada satu hal yang saya luar biasa banggakan: KADO. Melalui program ini, untuk pertama kalinya deBlogger tidak memikirkan dirinya sendiri dan berbuat langsung bagi masyarakat lokal dengan donasi yang ditujukan bagi para adik asuh. Lebih jauh lagi, pertemuan bulanan yang telah 2 kali berlangsung dan rencananya akan rutin diadakan sebulan sekali ini terbukti mampu mengikat hubungan dengan adik asuh sekaligus menjadi ajang kopdar seru bagi para anggota deBlogger. Sampai hari ini tercatat sudah 12 orang yang bersedia menjadi penyantun dan diharapkan terus bertambah. Perhatian utama saya tertuju pada keberlangsungan program ini untuk jangka panjang. Perlu ada perbaikan menyeluruh pada fund disbursement serta pembinaan adik asuh. Tugas maha berat ini dibebankan pada Iman dan Syarif. 😀

Saya prediksikan sampai kepengurusan yang sekarang berakhir, deBlogger tetap tidak akan sanggup menyusun program baku dan rutin kecuali KADO. Namun tidak mengapa; kita juga mesti realistis menimbang kemampuan daya dan dana. Hanya jangan sampai kita terlena dengan situasi sekarang dan jalan di tempat.

4. Regenerasi

Bagi saya ini yang terberat. Sekuat-kuatnya manusia, akan ada saatnya di mana semuanya tak dapat tertangani lagi dan kita butuh diganti. Demi mencegah kekacauan di masa depan, saya sudah mencereweti Tim Inti soal ini sejak minggu lalu. Persoalannya klasik: kekurangan SDM. Ini akan menjadi PR besar kami di tahun depan dan mudah-mudahan ada langkah pasti yang diambil pada Januari mendatang.

***

Demikian perenungan saya selama tahun 2011 atas sebuah komunitas yang selama ini telah menjadi rumah. Baik-buruknya, semoga diterima dan menjadi penyemangat untuk berkarya lebih baik lagi di tahun depan.

===

Sumber gambar: koleksi Aris Sunawar & portal deBlogger

33 thoughts on “Refleksi Akhir Tahun 2011 – deBlogger

  1. saya terpesona dengan KADO-nya, senang juga karena setidaknya ada 1 program yang bisa awet apalagi itu KADO, tinggal pentolan yang mengawal KADO harus lebih gencar lagi agar bendera KADO lebih tinggi berkibarnya.

    soal SDM memang selalu menjadi kendala komunitas nirlaba, seringnya 1 orang merangkap banyak pekerjaan, tidak apa sih jika tidak bentrok sama kewajiban utama (pekerjaan/keluarga), semoga 2012 ini PR om brad tertunaikan yah 😀 *tebar flyer aja di mal2 nyari orang yang mau kerja sosial gitu xixixi*

    Like

  2. Oh, Mas Iman Sulaiman pengurus inti DeBlogger toh?

    Wah, saya tersanjung sekali dikunjungi Mas Iman. :mrgreen:

    *dan dikunjungi Bang Brad juga tentunya, saya senang sekali* 😉

    Like

    1. Sama Sop, saya juga terkesima ketika pengurus inti DeBlogger nyambangi saya, padahal komunitas yang saya ikut dulu, pengurusnya boro2 sempat … salutlah saya, kayak gini niiy yang perlu dicontoh, jadi yang ngeblog juga makin semangat gituh 😀

      Like

  3. Tetap semangat dan ikhlas Insya Allah bisa memegang amanah di komunitas kota pendidikan ini. Berat memang tapi dengan kebersamaa kok ya terbukti semua bisa dilalui walau kadang babak belur hehehe

    Nice share bro. Regenerasi adalah sebuah keniscayaan 🙂

    Like

  4. saya suka dengan poin ke dua, Jurnalisme Warga, sebagai tanggung jawab moral komunitas blogger berbasis daerah.

    saya sendiri tinggal di daerah, kabupaten dimana saya tinggal jauh dari pusat kota, dan di kabupaten ini banyak hal yang luput dari pemberitaan media 😀

    Like

  5. Ternyata sama juga, komunitas bloger Jember SuwarSuwir.org juga mengalami hal yang sama. Hal ini diperparah lagi karena mayoritas bloger Jember itu adalah bloger monetized. Diminta bantuan untuk megadakan acara susahnya minta nangis. Praktis, hanya saya yang mengkoordinir acara kopdar, seminar, pelatihan dll.

    :sigh:

    Like

Leave a comment