Dalam kehidupan kaum profesional, pemutusan hubungan kerja alias pemecatan dapat terjadi pada siapa saja dan memang lazim dialami oleh orang-orang di sekitar saya bahkan saya sendiri. Beragam cerita tentang suka-duka pasca dipecat dari kantor sering terdengar; umumnya para pengangguran tersebut menyalahkan kantor yang tidak berperikemanusiaan dan rata-rata memendam rasa jengkel terhadap atasan yang bertatap mata dengan mereka saat putusan pemberhentian itu dilaksanakan. Wajar kan?!
Ya memang wajar. Namun sadarkah Anda bahwa sesungguhnya tidak Anda saja yang menderita? Si atasan yang memecat Anda juga tidak merasa bahagia, dan meski mungkin tidak sampai jatuh ke dalam kondisi (hampir) depresi seperti Anda, dia juga pastilah merasa ada yang ‘janggal’. Sekarang coba saya tanya: Pernahkah Anda ditugaskan oleh kantor untuk memecat karyawan? Saya pernah.