Monthly Archives: December 2011

Catatan Pinggir 2011 – indobrad

Ini tulisan ketiga yang isinya mencatat pengalaman di tahun 2011; dua tulisan sebelumnya dipublikasikan di sini dan situ tentang deBlogger. Kali ini bolehlah saya menyoroti blog sendiri, mencatat kesuksesan dan kegagalannya, serta menyusun langkah ke depan.

1. Menghasilkan 218 tulisan

Sepanjang tahun 2011 saya menghasilkan 218 tulisan, terdiri atas 150 tulisan di blog gratisan indobrad.wordpress.com dan 68 tulisan di domain ini. Angka ini tentunya belum menunjukkan konsistensi oleh karena di awal tahun 2011 saya menulis hampir setiap hari sementara jumlah posting di bulan-bulan berikutnya naik-turun.

Target 2012: 10 tulisan setiap bulan; 120 tulisan sepanjang tahun. Sebuah angka yang di bawah tahun sebelumnya namun bagi saya ini adalah target yang wajar setelah memperhatikan konsistensi menulis selama 6 bulan terakhir. Dengan target ini, saya terpacu menyelesaikan minimal 2 tulisan setiap minggu.

Continue reading Catatan Pinggir 2011 – indobrad

Refleksi Akhir Tahun 2011 – deBlogger

Menyambung tulisan saya di portal deBlogger yang berjudul Catatan Akhir Tahun 2011, pada tulisan ini saya ingin membagikan pemikiran-pemikiran pribadi yang lebih jauh terhadap deBlogger yang sengaja tidak saya bagikan sebelumnya karena memang tidak mencerminkan pendapat umum komunitas.

1. Kolektif

Di bulan Maret 2011, pergantian kepengurusan terjadi dengan cara yang sebenarnya tidak mulus. Berawal dari kevakuman selama berbulan-bulan dan sistem kepengurusan yang terlalu bergantung pada satu orang yang kebetulan sedang terjebak kesibukan kantor, akhirnya komunitasnya sendiri terbengkalai tanpa inisiatif. Pada saat itulah saya mengambil langkah yang tidak populer: menggugat. Oleh karena kevakuman, maka saya umumkan kepengurusan tersebut demisioner dan membuka rekrutmen pengurus baru untuk akhirnya memilih ketua baru. Atau kalau cara ini tidak bisa ditempuh, opsi lainnya adalah membubarkan diri.

Continue reading Refleksi Akhir Tahun 2011 – deBlogger

Aku Butuh Liburan!

I need a break! Yup, semester kedua tahun 2011 ini penuh dengan berbagai aktivitas kerja, proyek-proyek training baru di beberapa perusahaan yang membutuhkan perhatian ekstra oleh karena tuntutan yang tinggi bagi para siswa dari para atasan mereka. Bayangkan saja, seseorang yang pengetahuan Bahasa Inggrisnya pas-pasan dengan suara gemetaran setiap kali diajak bicara, mesti fasih berbahasa Inggris dalam waktu 1 bulan karena akan diceburkan boss-nya ke bagian marketing yang menangani klien orang Jerman. Atau bayangkan sebuah kelas yang isinya penuh dengan cewek-cewek usia SMA dan mahasiswi yang riuh-rendah, bermain BlackBerry, atau menjadikan saya tempat curhat mereka tentang para pacar yang meski ganteng tetapi banyak tingkahnya. I’m not kidding! Sebenarnya bulan lalu saya sempat break dari aktivitas rutin di Jakarta dan berkunjung ke Fakfak, Papua Barat. Namun kunjungan tersebut juga dalam rangka pekerjaan sehingga tidak bisa disebut ‘liburan’. Saya sebenarnya paling tidak suka jika dalam perjalanan ke luar kota saya masih menyesuaikan mood dan aktivitas dengan klien dan harus minta izin tiap kali hendak pergi ke pasar atau pantai. Saya tidak mau diatur-atur.

Jadi ketika saya membaca kalender akhir tahun dan melihat ada waktu kosong sekitar 2 minggu di akhir tahun ini dan awal tahun depan, saya melonjak kegirangan dan langsung serabutan menyusun rencana liburan Natal. Dompet yang menipis urusan belakangan, yang penting susun itinerary dan aktivitas dulu ya. Lalu selain pergi ke luar kota, kepingin juga jalan-jalan di seputar Jakarta bersama dengan para murid yang nakal itu, hehehe. Dari sekian banyak keinginan yang ada, berikut beberapa hal yang ‘wajib’ terpenuhi pada liburan kali ini:

Continue reading Aku Butuh Liburan!

Hena Masa Waya

Cakalele (sumber: pisses-blogku.blogspot.com)

Semua bermula dari Youtube. Malam itu saya sedang membuka situs berbagi video tersebut tanpa tujuan jelas dan mengklik sana-sini ketika tiba-tiba lagu-lagu Maluku menjadi perhatian. Di antara sekian lagu tersebut ada sebuah lagu yang dinyanyikan oleh kelompok paduan suara Belanda. Karena memang selalu tertarik dengan paduan suara, saya membuka video tersebut. Begitu tifa mulai ditabuh, saya terdiam.

Continue reading Hena Masa Waya

Menyoal Hak Moral Atas Tulisan

Sebagai blogger yang pada hakekatnya adalah penulis dengan memakai media blog, setiap tulisan yang saya hasilkan adalah buah pikiran dan hati yang telah melalui proses pemikiran dan pertimbangan mendalam. Postingan demi postingan yang keluar dari blog ini tidak keluar begitu saja laksana ilham yang mendadak datang; saya bukan tipe penulis yang gampang mendapatkan inspirasi. Butuh kerja keras mencari tema, memikirkan pendekatan menulis, bahkan sampai menyusun kerangka sebelum akhirnya paragraf demi paragraf dikembangkan. Apalagi saya termasuk penulis yang mudah terdistraksi oleh, misalnya, urusan ke toilet, lapar, menonton televisi, sampai rehat sejenak untuk meminum teh (yang sebentar lagi akan saya lakukan setelah paragraf pertama ini selesai). Hehe.

Lalu apa jadinya bila tulisan saya dikutip orang tanpa menyebut sumbernya dengan wajar?

Continue reading Menyoal Hak Moral Atas Tulisan

Gagap Budaya di Jalan Raya – Sebuah Testimoni

Sumber: Kompas

Jika kita melihat gambar di atas pada laman surat kabar, apakah yang terlintas di pikiran kita? Hanya terbelalak membaca sekilas lalu berlalu menyimak berita berikutnya? Atau kalau misalnya kita melewati jalan tersebut dan menyaksikan kondisi kendaraan secara langsung, reaksi apa yang kita keluarkan?

Sangat mudah bagi kita untuk menyaksikan sebuah peristiwa dengan dingin tanpa emosi dan segera mengalihkan perhatian ke soal lain. Namun lain halnya jika ada seseorang yang Anda kasihi di dalam kendaraan tersebut yang menjadi korban. Kecelakaan tersebut tiba-tiba berdampak personal sehingga ‘meruntuhkan’ dunia kita. Saya termasuk salah seorang yang setiap kali melihat gambar di atas merasa teriris.

Continue reading Gagap Budaya di Jalan Raya – Sebuah Testimoni

#PapuaTrip 4: Berjumpa Pengajar Muda

“Adakah blogger di Fakfak?”

Demikian ceracau saya di Twitter pada pertengahan November lalu beberapa hari sebelum berangkat ke Papua Barat untuk sebuah pekerjaan. Sebagaimana lazimnya blogger, apalagi yang bergiat di komunitas blogger, kopdar dengan sesama blogger di berbagai daerah adalah hiburan tersendiri sekaligus mempererat persaudaraan dengan sesama anak bangsa. Namun sepertinya sulit sekali menemukan blogger di Papua Barat. Yang saya kenal hanyalah 2 orang blogger dari Jayapura, Provinsi Papua dan mereka berkata bahwa blogger di wilayah Papua memang sedikit dan tidak ada komunitasnya. Apalagi Fakfak? Belum pernah dengar ada blogger dari sana. Lagipula daerah yang saya tuju kali ini adalah Karas, kepulauan terpencil di Fakfak yang tidak ada sinyal teleponnya.

Continue reading #PapuaTrip 4: Berjumpa Pengajar Muda

#PapuaTrip 3: Bisikan dari Bumi Pala

Mentari baru sedepa saja beranjak ketika mesin kapal dinyalakan dan kami bergerak meninggalkan pulau Tarak menuju pulau berikutnya: Faur. Di pulau ini terdapat 2 kampung yang terletak di sisi timur pulau yang menghadap ke Tanah Besar. Kapal yang melaju lambat memungkinkan kami menikmati keindahan laut sambil pula mencium bau hutan yang terbawa angin dari pulau. Kiaba adalah kampung tempat kami bersandar siang itu; nampak kampung Faur pula di ujung utara, sedikit tertutup tanjung di hadapannya.

Continue reading #PapuaTrip 3: Bisikan dari Bumi Pala