Selintas HUT Gereja Protestan Maluku ke-75

Di akhir minggu yang cerah saya sedang menyaksikan televisi dan akhirnya saya sampai pada saluran televisi TVRI yang sedang menayangkan acara Mimbar Agama Kristen. Program pada hari Sabtu tersebut adalah liputan perayaan HUT Gereja Protestan Maluku (GPM) ke-75 yang puncaknya telah diselenggarakan di Ambon pada tanggal 6 September 2010 silam. Sebagai gereja yang telah berusia 75 tahun tentunya GPM telah banyak mengalami pergumulan di tengah-tengah masyarakat seiring pergantian pemerintahan mulai dari kolonial Belanda, pendudukan Jepang, sampai beberapa milestone pada era kemerdekaan. Berikut adalah beberapa catatan singkat yang saya himpun.

1. Sejarah

Gereja Protestan Maluku memiliki catatan sejarah panjang mulai dari tahun 1605  yang diawali dengan ibadah perdana Gereja Protestan Calvinis orang-orang Belanda VOC di Ambon. Sejarah berdirinya gereja ini terkait erat dengan campur tangan VOC dalam urusan gereja di seluruh nusantara yang kemudian dilembagakan dalam Indische Kerk pada tahun 1621 (ini adalah cikal-bakal berdirinya Sinode Am Gereja Protestan Indonesia). Ketika VOC bubar pada tahun 1799, kondisi jemaat di Ambon terlantar sampai akhirnya Nederlandse Zending Genootschap (NZG) mengutus Joseph Kam ke Maluku pada tahun 1821. Kerja keras Joseph Kam dalam mendata dan membina jemaat-jemaat di Ambon kemudian berbuah pada semakin luasnya pekerjaan gereja di hampir seluruh wilayah kepulauan; Joseph Kam kemudian mendapat julukan Rasul Maluku. Kondisi ini berlangsung sampai tahun 1930-an ketika akhirnya Gereja Protestan Maluku menjadi gereja mandiri pada tanggal 6 September 1935.

Dalam perjalanannya setelah mencapai kemandirian, GPM mengalami serangkaian ujian. Kota Ambon menjadi korban pemboman Jepang pada Perang Dunia II dan banyak hamba Tuhan dibunuh dan penduduk beberapa desa dibantai. Kemudian pemberontakan RMS pada tahun 1950 mengakibatkan hancurnya sebagian besar gereja di Ambon dan Pulau Seram. Ujian berat lainnya adalah ketika Pulau Ambon pecah oleh kerusuhan rasial dan agama pada tahun 1999 yang memecah-belah kerukunan umat Kristen dan Islam dan menghancurkan gedung-gedung gereja dan fasilitas-fasilitas lainnya. Setelah konflik horisontal pulih, maka GPM bekerja keras membangun fasilitas fisik dan kehidupan spiritual jemaat.

2. Pelayanan

Gereja Protestan Maluku adalah gereja yang beraliran Calvinis / Reformed; aliran Reformed dari Belanda ini mempunyai warna yang sedikit berbeda dengan gereja-gereja lain di Indonesia yang berasal dari gerakan Reformed di Amerika (saya tidak akan membahasnya lebih jauh karena keterbatasan ruang). Sebuah statistik menyebutkan bahwa pelayanan GPM melingkupi 27 klasis di Buru, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, dan Maluku Tenggara Barat. Anggota gereja yang tercatat sekitar 575,000 jiwa di 725 jemaat dengan 782 pendeta.  Sebagian visi gereja yang tercantum dalam situs resmi GPM adalah terwujudnya orang beriman yang berkualitas, terbuka, maju, dan mandiri dalam segala aspek kehidupan. Selain itu juga memiliki rasa kebersamaan dan kesetiakawanan dengan orang-orang lain dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat.

Selain membina kehidupan spiritual jemaat, GPM telah berperan serta dalam pembangunan daerah Maluku. Budaya “Pela Gandong” yang mengedepankan kerukunan budaya dan umat beragama menjadi salah satu fokus dalam kegiatan pelayanan gereja di tengah masyarakat Maluku yang agamis guna menjamin kerukunan masyarakat dan memastikan pembangunan daerah dapat membawa manfaat bagi banyak orang.

Gereja Maranatha, Ambon

3. Jubileum

Perayaan HUT GPM ke-75 tahun ini mengambil tema “Tahan Uji di Tengah Pusaran Zaman.” Dari situs resmi GPM saya membaca daftar panjang kegiatan perayaan Jubileum yang berlangsung sekitar satu bulan berupa ibadah keluarga, olah raga, aksi bersih lingkungan, festival paduan suara, dsb. Dalam tayangan liputan perayaan GPM di TVRI pada Sabtu kemarin, tampak Gubernur Maluku menghadiri puncak perayaan yang dimeriahkan oleh pertunjukan budaya Maluku dan beberapa paduan suara yang oh so beautiful!

Catatan Akhir

Seperti ungkapan seorang teman saya, “Tidak ada gereja yang sempurna.” Namun perjalanan sejarah Gereja Protestan Maluku membuktikan bahwa tema perayaan “Tahan Uji di Tengah Pusaran Zaman” bukan sekedar omong-kosong. Sebagai orang yang hanya memantau dari jauh melalui internet dan televisi, saya menyaksikan gereja ini sedang bertumbuh menjadi gereja modern yang mampu menggembalakan segenap warga jemaatnya dari terpaan angin perubahan zaman. Kiranya Tuhan menyertai perjalanan gereja ini sampai pada akhirnya. Selamat Ulang Tahun, GPM!

===

Beberapa referensi:

Situs resmi Gereja Protestan Maluku

profilgereja.wordpress.com

Sumber gambar: NGPMB, helvrysmart

11 thoughts on “Selintas HUT Gereja Protestan Maluku ke-75

  1. wow, hari ini masih ada yang nonton TVRI ? ketahuan deh kisaran usianya…hahahaha..**just kiding**

    titip ucapan selamat untuk Gereja Protestan Maluku. semoga ke depannya tanah Maluku tidak lagi dikotori oleh aksi perpecahan, semoga tanah Maluku (dan Indonesia pada umumnya) akan selalu menjadi tanah yang damai oleh persahabatan dan kekerabatan lintas agama..

    saya cinta damai dan saya ingin Indonesia jadi negeri yang damai 🙂

    Like

  2. Memangnya kalo nonton TVRI kisaran usianya biasanya berapa, Daeng Ipul? *bantuin asah badik* :-”

    Esaya jadi inget sudah lama gak ke gereja. Wkwkwkw. *dikeplakin Emak*

    Like

Leave a comment