Tribute to Des Alwi

Jika Anda membaca beragam tulisan mengenai Kepulauan Banda di Maluku atau bahkan berkunjung ke sana, maka Anda pasti akan menemukan 3 tokoh yang selalu dikaitkan dengan gugusan kepulauan indah ini: Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Des Alwi. Nama terakhir ini merupakan tokoh yang memang berasal dari bumi Banda. Putera daerah yang lahir di Banda Neira pada tanggal 17 November 1927 ini adalah tokoh yang selamanya mencintai tanah kelahirannya sekaligus menggemakan nasionalisme Indonesia ke mana pun ia pergi. Mari kita ulas kembali kisah hidupnya.

Tokoh yang bernama lengkap Des Alwi Abubakar ini lahir di Desa Nusantara, Neira. Ayahnya bernama Alwi yang berasal dari Ternate namun konon masih keturunan Sultan Palembang yang dibuang ke Banda. Sedangkan kakeknya dari pihak ibu bernama Said Baadilla, pengusaha mutiara sukses yang pernah dijuluki Raja Mutiara dari Maluku. Anak perempuan Said Baadilla bernama Halijah Baadilla, ibunda Des Alwi.

Meskipun Said Baadilla hidup mewah semasa hidupnya, kondisi usaha yang memburuk membuatnya bangkrut dan segala kenikmatan itu tidak sempat dirasakan oleh cucunya, Des Alwi. Ia hidup sederhana layaknya anak-anak lain yang gemar memancing dan berenang di laut. Pada suatu hari ketika ia sedang bermain di pantai, Des Alwi menyaksikan sebuah kapal yang merapat ke dermaga Banda Neira dan tampaklah dua orang bermuka pucat turun dari kapal. Kedua orang itu adalah Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir, tokoh-tokoh pergerakan politik Hindia Belanda yang dibuang ke Boven Digoel. Sejak perkenalan awal mereka di dermaga, Des Alwi kemudian menjadi murid mereka dan diajari banyak hal seperti Bahasa Belanda dan Bahasa Inggris. Akhirnya Des Alwi diangkat anak oleh Hatta dan diboyong ke Jawa ketika Des Alwi berusia 18 tahun.

Des Alwi dikenal sebagai negosiator yang ulung dan sejarawan yang cermat. Beliau pernah menjabat sebagai Atase Pers / Kebudayaan di KBRI Bern, Wina, dan Manila. Selain itu ia terlibat pula dalam Operasi Khusus Tim Penyelesaian Konfrontasi Indonesia – Malaysia dimana kepiawaiannya mendekati Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Rahman kala itu berhasil meredakan ketegangan kedua negara. Kegemarannya memotret dan membuat film dokumenter menjadikannya tokoh penting karena berhasil merekam berbagai momen bersejarah Indonesia. Koleksi dokumenternya masih tersimpan di kantornya meski sekarang membutuhkan bantuan dalam penyimpanan demi menjaga kualitas dokumentasi koleksi-koleksi tersebut.

Des Alwi adalah sosok yang mencintai dan dicintai segenap rakyat Banda. Dengan kemampuan diplomasi yang dimilikinya, ia mendekati elit politik Jakarta guna memastikan pembangunan di tanah kelahirannya berjalan. Itulah sebabnya banyak keputusan mengenai pembangunan Banda yang ditentukan oleh Jakarta, bukan di tingkat pemerintah daerah. Dengan kontribusi Des Alwi pula maka masyarakat Banda pelan-pelan bangkit taraf kehidupannya setelah banyak wisatawan domestik dan mancanegara datang ke kepulauan tersebut untuk menyelam di perairan Banda yang indah. Meski pembangunan di Banda masih menyisakan banyak pekerjaan rumah, masyarakat lokal mengakui bahwa peran Des Alwi dalam memajukan daerah mereka sangatlah besar.

Hari ini, 12 November 2010, kabar duka menyeruak. Des Alwi menghembuskan nafas terakhirnya di rumahnya di Jakarta dalam usia 83 tahun. Jenazahnya direncanakan akan dimakamkan di tanah kelahirannya, Banda. Indonesia kembali kehilangan putera terbaiknya, seorang perekam sejarah yang baik, negosiator ulung, dan bapak pembangunan bagi tanah kelahirannya. Selamat jalan, Opa Des Alwi.

Nah, teman-teman, apakah menurut Anda Des Alwi layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional? 🙂

===

Sumber-sumber gambar: arrohman.blogspot.com; banda-naira.blogspot.com; cabiklunik.blogspot.com

Beberapa artikel tentang Des Alwi dapat dibaca di:

Tokoh Indonesia

Kabari News

18 thoughts on “Tribute to Des Alwi

  1. beliau adalah salah satu tokoh favorit saya. keras, disiplin tapi sekaligus penyayang.
    saya sempat membaca beberapa kisah Des Alwi dan persahabatannya dengan Bung Hatta dan Sjahrir. Des Alwi bisa dibilang sebagai salah satu saksi mata kisah perjuangan Bung Hatta dan teman-teman saat dibuang di Banda.

    selamat jalan Des Alwi. Indonesia pasti kehilangan seorang tokoh seperti anda.

    soal dijadikan pahlawan nasional, mungkin masih bisa diperdebatkan, tapi saya kira beliau pantas..

    ##btw, ini pertamax ya..? tumbeenn..hahaha##

    Like

  2. Bersyukur waktu gw masih jadi reporter, pernah wawancarai beliau. Orang yang bersahaja dan gemar bercerita.
    Wawancara satu jam molor jadi 2,5 jam karena beliau banyak bercerita, apalagi kalau kitanya banyak tanya.
    Selamat jalan Pak Des, kenangan tentangmu tak’kan pernah surut.
    Ayo Brad, bikin petisi untuk beliau jadi pahlawan bangsa 🙂

    Like

  3. Gelar pahlawan nasional sudah diberikan presiden beberapa hari yang lalu, kalau ngga salah nama Des Alwi ngga ada ya bro? Tapi Maluku mengutus dua nama lainnya kok…

    Like

    1. Hehe Gelar pahlawan kan baru diberikan kalau yang bersangkutan sudah meninggal. Sedangkan Des Alwi baru wafat kemarin. Kalau yg baru ditetapkan SBY itu cuma 1 dari Maluku, Leimena. Satunya lagi asal Papua 😀

      Like

  4. Pantas kemarin-kemarin gw ngeliat di garis waktu cerita tentang Om Des ini dari salah seorang pesohor.. Hmm ketinggalan info nih ane.. so that thanks a bunch for this. Tapi kuraaaaaanng banyaaaak :))

    Like

  5. Dari Pak Des saya belajar dan mengerti arti pentingnya dokumentasi. Apalagi dokumentasi perjalanan negeri ini. Semoga semua karyanya tetap dijaga dan dirawat demi kepentingan dan pengetahuan sejarah generasi selanjutnya.

    Like

Leave a comment