Pada awal-awal mulai aktif kembali ngeblog di tahun 2010, saya pernah diingatkan oleh seorang kawan blogger, Dodi Mulyana, bahwa tulisan-tulisan saya cukup baik namun sangat datar karena tidak ada gambar. Waktu itu saya berdalih karena orang dapat saja membaca tulisan dan mengerti isi otak dan hati penulis. Namun argumentasi yang ia keluarkan juga tidak kalah valid, yakni gambar berfungsi sebagai penguat tema tulisan sekaligus kesempatan bagi pembaca untuk beristirahat dari kegiatan membaca yang monoton dan membosankan, terutama apabila tulisannya panjang.
Cukup masuk akal, pikir saya waktu itu. Namun protes berikutnya adalah saya tidak punya kamera yang keren sehingga tidak bisa mengunggah gambar yang bagus ke blog. Hal ini pun disanggah oleh Iman Sulaiman yang mengatakan bahwa kita dapat mengambil gambar dari internet asalkan mengutip sumbernya. Oke, hal ini saya terima baik dan saya lalu mulai mendisiplinkan diri memasang gambar setiap kali menulis di blog. Sebagian besar, bahkan hampir semua, tulisan saya berisikan gambar hasil pencarian di Google dan awalnya saya unggah ke blog apa adanya tanpa mencantumkan sumber apapun. Namun seiring bertambahnya kesadaran saya akan etika internet, maka disiplin mengutip sumber gambar pun dijalankan. Masalahnya adalah: saya masih belum paham bagaimana caranya mengutip sumber gambar dengan baik dan tidak ada sumber-sumber artikel di internet yang memberikan penjelasan menyeluruh tentang ini.
Oleh karena itu yang kemudian saya lakukan adalah menggunakan berbagai pendekatan dalam mengutip sumber gambar tanpa paham yang mana sebenarnya yang baik dan benar. Berikut ini saya akan memberikan contoh pengutipan sumber-sumber gambar yang biasa saya lakukan. INGAT, SAYA TIDAK MENYAJIKAN TIPS. Saya justru sedang bertanya kepada Anda dan berharap dikoreksi.
1. Menyebutkan nama blog
Cara ini biasa saya lakukan ketika mengunggah gambar dan memberikan komentar di bawah gambar dan mengutip sumber dengan cara menyebutkan nama blog atau domain saja tanpa keterangan tambahan. Contoh:
2. Memasang URL pada kata dalam kalimat
Cara ini kadang saya lakukan bila tidak ingin menuliskan komentar di bawah gambar namun memilih menjelaskannya dalam kalimat terpisah. Terkadang URL saya lekatkan pada kata yang tidak mengandung keyword khusus, seperti ‘sini’ atau ‘ini’. Contoh:
Di atas adalah gambar boyband asal Korea, Super Junior, yang sedang bersiap konser di Shanghai World Expo (gambar diambil dari sini).
3. Memasang URL di akhir tulisan
Kadang saya merasa bahwa pencantuman sumber ke pemilik gambar yang berdekatan dengan gambar tersebut mengganggu sehingga saya memilih mencantumkannya di bawah / akhir tulisan sebagai bagian dari catatan kaki. Contoh tidak perlu lah ya. 😀
4. Tidak mencantumkan sumber
Cara terakhir ini diambil apabila gambar tersebut saya temukan di sebuah blog Indonesia yang tidak mencantumkan pemilik aslinya sehingga saya kesulitan melacak di Google, namun saya tidak ingin menggantinya dengan gambar lain karena gambar tersebut sudah sesuai dengan ide tulisan. Jadi saya biarkan begitu saja atau menambahkan caption: (sumber: tidak diketahui).
Kadang peniadaan kutipan juga bisa disengaja apabila gambar tersebut sudah mencantumkan signature pemiliknya. Seperti misalnya:
***
Sekarang saya ingin bertanya: Bagaimanakah Anda mencantumkan sumber gambar? Adakah saran pencantuman sumber gambar yang baik dan beretika?
Ditunggu komentarnya. 😀
Kalo saya pribadi untuk gambar lebih suka dengan cara yang pertama, yaitu menyebutkan nama domain blog tanpa url lengkap apalagi live link 🙂
LikeLike
berarti lebih karena suka-gak-suka ya? sama sih saya juga gitu 😀
LikeLike
saya kadang pake salah satu diantara yg dirimu sebutkan.. tergantung mood. tapi kadang suka lupa nyantumin.. balik lagi ujung2nya.. tergantung mood (.____.)
LikeLike
understood. gw juga tergantung mood =))
LikeLike
hanya menyebutkan link saja, Om. Sekarang sih sering majang foto sendiri, meski kadang gak nyambung 😀 hehehe
OOT
Apa kabar, Om? Sampai ketemu di Makassar, hiks, Anaz males ke Makasaar ini. Ndak ada temenyah 😦
LikeLike
Menyebutkan link juga udah lumayan banget tuh naz.
Gak jadi ke Makassar? Bukannya Baha pergi juga?
LikeLike
kalau saya selalu memakai cara nomor 2 . lebih simple tapi tetap mencantumkan sumber 🙂
LikeLike
Ic. Thanks ya
LikeLike
biasanya sih pakai yang pertama, tapi itu juga kadang2 klo inget hihihi.. suka lupa ^^
padahal klo foto punya sendiri yang dipakai orang lain tanpa bilang atau tanpa dikasih tau blog/link aslinya agak kesel hihihi.. overall klo sekarang sih lebih banyak pakai foto sendiri koq, jadi lebih aman hohoho..
LikeLike
Gapapa. Semoga lebih disiplin ya mulai skrg 🙂
LikeLike
saya cenderung yang kedua
LikeLike
Thanks inputnya ya
LikeLike
klo saya main tempel aja om… gak w sumber aslinya yang mana.. yang penting postingannya asli hehehehe… masih belajar jadi blogger yang baik hee
LikeLike
Waini dia nih *angkat pecut* 🙂
LikeLike
saya biasanya mencantumkan sumber gambar sekaligus sumber bacaan dalam catatan kaki di bawah, soalnya ngerasa agak mengganggu kalo di bawah gambar, hehe
tapi agak bingung juga, yang baku seperti apa y om? *nanya balik* 😀
LikeLike
Berarti kayaknya memang gak ada yg baku ya.
LikeLike
Wah makasih nama ane disebut-sebut #sisiran
Kalau saya pribadi akhir-akhir ini coba konsisten di pilihan pertama.
Alesannya : Pertama karena lebih simpel dan nggak ribet perlu mencantumkan link. Kedua agar si “sumber gambar” tersebut nggak terlalu diuntungkan dengan adanya link web nya di tulisan kita hahaha.
LikeLike
Ahahaha kikir juga rupanya soal sedekah link #eh 😉
LikeLike
gambar memang mampu menarik pembaca.. t
LikeLike
betul sekali. makanya wajib memasang gambar kan 🙂
LikeLike
tu kan Super Junior…xixixixixi
LikeLike
ah masa sih? *pura2 lugu*
LikeLike
saya sih suka nomor pertama, lebih enak kayak media gituh
LikeLike
gitu ya. thanks atas opininya 😀
LikeLike
kalau saya ikut “sini” #eh
ikut no 1 dan 2 tergantung. ya bisa liat ndiri di blog saya hihi..
tapi kenapa juga fotonya harus Super Junior -__-” pasti ini mau naikin page rank, pasti *sok nuduh* :))
–kabur ah
LikeLike
*keplak balik Rara* etapi tujuan pasang foto suju emang salah satunya buat naikin PR sih *seruput kopi*
LikeLike
saya kalau ada gambar/ fotonya biasanya dari ponsel sendiri, kadang dari kamera teman 😀
LikeLike
Kalo gambar sendiri ya gak perlu pasang link ya. Tapi susah kalo gak punya kamera bagus kang
LikeLike
Saya dulunya rajin ngasih link sumber gambar, tapi sekarang jarang sih soalnya gambarnya banyak yang milik sendiri. 🙂
LikeLike
Iya kalian berdua udah ada kamera keren sih ya hiks
LikeLike
saya malah sering nggak nyebutin sumber nya, he he jadi malu,
tapi kalau di suruh milih ya milih 1 ama 2
LikeLike
sip. banyak yg pake cara 1 dan 2. terima kasih atas opininya ya mas 🙂
LikeLike
kalo saya sih, saya tempelin di gambarnya (edit dikit pake potosop).. seperti pada gambar bawah..
kalo pake “disini” itu saya gak suka, karena kita kasih backlink ke dia.. *blogger pelit, he-he-he*
LikeLike
ahahaha kasih backlink punya berarti kita menghargai dia? tapi gak tau juga sih hehe
LikeLike
Saya biasanya meletakkan link gambarnya di dalam gambar. Pada saat kak Brad ingin memasukin / memproses gambar ada banyak pilihan captionlah, titlelah, dan ada “link” kan? masukkan saja linknya ke situ.
di awal atau di akhir postingan kasih penjelasan. KLIK Gambar jika ingin mengetahui sumbernya. Biar ga ganggu.
Kadang kalau mood lagi males, pake cara 1. bosen sama kata-kata sini, sana, situ 😆
LikeLike
caramu udah termasuk ‘niat’. saya sih malas. hahaha. tapi makasih inputnya ya 😀
LikeLike
Supaya ndak banyak link out, langsung disebut saja urlnya secara lengkap :)), tapi kalau general content dari google juga bingung sebenarnya source yg awal yg mana. secara kalo gambar artis itu banyak dimana-mana
LikeLike
iya juga ya, ngapain kita nulis sumber kalo dia sendiri ngutip entah dari mana. xixixixi
LikeLike
lebih sering nomor satu dan dua, nomor terakhir juga apalagi kalo pake gambar sendiri hehe :p
LikeLike
thank you. kalo saya pake gambar sendiri sih gak perlu photo credit apapun ya. haha
LikeLike
Kalau saya postingan dari foto juga banyak sih,… nah kalau kontennya global pasti beri kredit ke sumber web. 😀
LikeLike
iya kalo kontennya saduran atau copy paste emang wajib kasih kredit ke sumber tulisannya 🙂
LikeLike
wew kayanya emang mesti konsisten nih… saya lebih suka cara yang pertama walo nggak ngemungkiri cara2 yang laen juga kepake #folow kak luvie, tergantung mood.hee.. tapi tetep yang dominan lebih di cara yang pertama sih 😀
LikeLike
i see. banyak yg pake cara pertama atau kedua sih. thanks ya 🙂
LikeLike
Semua yang lu lakuin itu gue lakukan 😀
Tergantung mood. Suka2 gitu hihihi
LikeLike
wahahaha gitu ya. jadi bener tergantung mood dong?
LikeLike
itulah, terkadang sulit menemukan pemilik asli fotonya, kadang seh cuma menyantumkan URL halaman utama gambar 😀
LikeLike
makanya gak salah juga kalo kita sebutkan ‘courtesy of Google’ kan? 🙂
LikeLike
Sebagian besar gambar yang saya share dalam blog tidak saya cantumkan credit linknya, soalnya saya sendiri tidak tahu pemilik aslinya karena mencarinya pun melalui google images tapi untuk gambar2 yang saya ambil dari karya orang lain saya biasanya mencantumkan link pemilik blog tersebut dengan namanya sebagai anchor text.
LikeLike
Sama persis dgn problem saya mas. Kalo saya sih mending tulis bhw sumbernya gak diketahui
LikeLike
Menurut saya cara nomer 1 dan 3. Tapi alangkah lebih baik lagi kalau minta izin dulu sama yang punya foto/gambar/ilustrasinya 😀
Tapi saya pribadi sih nggak pernah ngasih sumber gambar, soalnya semua jepret sendiri, hehe
LikeLike
ahhay. welcome to my blog. hehehe
LikeLike
saya suka cara ke-2, mas
paling bingung kalo gambarnya ga jelas sumber aslinya..
LikeLike
noted. makasih inputnya ya
LikeLike
kalau sya lebih suka dengan pilihan ke-3. lebih simpel tapi linknya juga tetap hiup, bisa diklik. 😀
LikeLike
gitu ya. terima kasih atas inputnya 🙂
LikeLike
kalau misalnya kita pake poin ke 1 tapi tulisnya di gambarnya langsung jadi kayak watermark gitu, kira-kira sah-sah saja tidak? atau mungkin ada sisi negatifnya?
LikeLike
yg penting nama pemilik gambar tetap tertera, gitu aja masbro 🙂
LikeLike