Menyelam di Perpustakaan

Hueh? Bisa gitu kita diving di perpustakaan? Badan kamu lagi panas ya?!

Hehehe. Bukan itu maksudnya, bro/sis. Menyelam di perpustakaan, bagi saya, adalah kiasan untuk menggambarkan betapa tekunnya kita membaca buku di perpustakaan sampai lupa waktu dan makan dan, yah, jadinya seperti menyelam dan tenggelam di antara tumpukan buku. Itulah kegiatan saya sepanjang Senin kemarin.

Berawal dari waktu kosong setiap hari Senin yang mulai menjadi bagian keseharian saya sejak 2 minggu lalu, dan sepertinya akan terus begitu di minggu-minggu depan, saya memutuskan harus menggunakan waktu senggang ini dengan sebaik-baiknya. Entah kenapa awalnya terpikir untuk menghabiskan waktu di perpustakaan; suatu kegiatan yang telah bertahun-tahun tidak saya lakukan. Pada akhirnya keinginan itu terkabulkan juga kemarin siang, sekalian saya mengajak Zion Tjendana untuk bertemu di Perpustakaan LIA Pramuka guna sama-sama menyusun SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2011. Suasana nyaman dan bau buku langsung tercium ketika memasuki ruangan utama perpustakaan dan, tak lama setelah bertemu Zion, kami pun langsung bekerja.

sumber: Franklin Parish Library

Perpustakaan LIA nampaknya termasuk salah satu perpustakaan terawal yang telah melayani pengunjung sejak era Orde Lama. Berawal dari USIS, perpustakaan ini kemudian berdiri sendiri dan selain melayani para siswa LIA, masyarakat umum juga boleh berkunjung dan menjadi anggota. Saya sempat menjadi pengguna aktif perpustakaan ini semasa SMA. Kebetulan pada waktu itu kursus Bahasa Inggris di LIA boleh dibilang yang paling populer di Jakarta dan hampir semua teman sekolah saya pergi ke sana. Namun karena uang kursusnya mahal, saya tidak sanggup menimba ilmu di situ. Sebagai gantinya saya rajin mengunjungi perpustakaan dan melahap sendiri buku-buku pelajaran Bahasa Inggris dan mata pelajaran setingkat SMA lainnya. Dari perpustakaan inilah saya mengembangkan ketertarikan terhadap geografi dan sejarah dunia, di samping tentunya bahasa asing.

Suasana di LIA cukup nyaman dengan ruangan ber-AC dan cukup luas untuk menampung koleksinya. Meski demikian kesan sedikit kusam terasa juga, ditambah lagi dengan kondisi udara yang sedikit sumpek; mungkin akibat aroma buku yang khas. Namun bagi saya, ruangan referensi menjadi tempat sempurna untuk belajar. Terletak satu lantai di atas ruangan baca umum, ruang referensi ini cukup kecil namun menampung deretan buku yang penting saya gunakan sehari-hari. Di tambah lagi tidak adanya pengunjung sama-sekali di ruangan itu sehingga saya betah berlama-lama sejak Zion pulang duluan. Saya lalu tenggelam di ruang referensi hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 malam. Ketika saya mendongakkan kepala dan melihat sekeliling, barulah saya tersadar bahwa sedari tadi saya sendirian!

Hasil perenungan hari ini 🙂

Saya merasa cukup puas berada di perpustakaan itu hampir seharian. Tanpa gangguan laptop dan internet, saya mampu membaca satu-dua bab buku secara serius dan menuliskan ringkasannya. Aktivitas seperti ini terakhir kali saya lakukan sewaktu kuliah, dan pikiran saya terasa penuh oleh ilmu setelah selesai. Menyenangkan sekali. Sepertinya saya harus melakukan ini sering-sering. 😀

Tapi pertanyaannya, adakah perpustakaan yang lengkap dan nyaman seperti itu lagi di Jakarta? Saya sangat tertarik dengan koleksi sastra daerah dan ingin menyelaminya. Ada yang bisa memberikan referensi perpustakaan lain yang baik di seputar Jabodetabek?

58 thoughts on “Menyelam di Perpustakaan

  1. wew … itu seharian mbaca gak pake ngantuk?
    Saya sih, klo udah sepi, ruangan dingin, diajak mbaca, pasti ngantuk 😀 wong klo susah tidur saya paksain mbaca, biar tidur 😀

    pengen nyobain perpus ini, merasakan sensasinya nyilem di sini teh seperti apa gitu 😛

    Like

  2. Perpustakan Nasional di jalan Salemba menurut saya Perpustakaan paling lengkap di Jakarta .Buku dari jaman kolonial Belanda ada disana.
    Hmm..sudah cukup lama juga saya gak berkunjung ke Perpustakaan Nasional…

    Like

  3. perpustakaan ?
    sounds nice..mau coba juga ah..tapi sejauh ini paling bisa ya jalan2 ke Kampung Buku, sekalian diskusi sama teman2 Tanah Indie.
    kadang pulangnya jadi “miring” gara banyak ide aneh dan nyeleneh..hihihi

    Like

  4. saya betah membaca di perpustakaan sampai sekitar tahun 2002/2003, setelah itu lebih nyaman membaca di rumah, karena buku buku yang senang saya baca bukan termasuk buku yang susah di dapat 🙂

    Like

  5. menyelam dilautan buku ini pekerjaan favoritku dulu di Perpustakaan Al Markaz kalau pulang kuliah. sekarang sudah tak pernah lagi. sepertinya perlu sesekali kopdar di Perpustakaan, bagus juga, sesekali menyantap buku ramai2 mungkin enak.. #ehh

    Like

  6. kok gak sekalian ke perpus nasional om…??
    kan enak tuh tinggal ngsot dikit lagi sampe di salemba dari pramuka 🙂 🙂

    Like

          1. uppssss, I’m really sorry Brad, lol

            i found this blog because of your BB Personal Message 😀 😀

            Like

  7. Saya sendiri yang telah bertempat kerja tiga tahunan di atas sebuah Perpustakaan Pusat punya pabrik, baru tergila-gila buku minggu kemarin. Buku ketiga dan seterusnya setelah peminjaman pertama tahun lalu yang kata Penjaga Perpusnya peminjaman buku atas nama saya itu adalah kejadian langka. Baiklah, saya mengaku bahwa akhir-akhir ini saya pribadi belajar untuk lebih menyukai buku daripada bundel PDF ataupun arsip-arsip digital.

    Salam kenal 🙂

    Like

  8. Salut sama kak Bradley yang sanggup berjam-jam di perpustakaan. Terakhir kali ke perpus, perpus yang ada di Gandaria, dan perpus kampus. Cukup lama, sih, untuk mencari bahan penulisan akhir. Selepas dari itu ga pernah lagi. *malu*

    Tapi kalau baca sampai lupa waktu, sering.. Itu pun dirumah, bukan perpus maupun toko buku 😦

    Like

  9. perpustakaan??
    tempat ternyaman untuk merenung…trus tidur deh…
    halagh….
    tapi jujur, dari pada ke perpustakaan saya lebih suka ke toko buku…

    Like

  10. Saya biasa ke perpus, tapi bukan untuk baca si Om, tapi untuk numpang main internet gretongan, wkwkwkw…. 😆
    Yeah, saya gak hobi membaca.
    Payah banget ya 😀

    Like

  11. buku kafe termasuk perpustakaan gak?
    klo gak termasuk, berarti terakhir kali saya menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan adalah waktu di kampus..

    Sekarang sering ke perpustakaan di kantor.. tapi sayang, gak begitu nyaman baca disana.. hasilnya.. lebih banyak dibawa pulang untuk dibaca di rumah.. 🙂

    Like

  12. Kang, thanks postingannya, saya jadi tahu kalau ada perpustakaan yang nyaman di Jakarta. Kemarin sempat sebulan di Jakarta, saya mencoba mencari tempat yang nyaman buat membaca tapi tidak ada informasi. Perpustakaan masih dipandang sebelah mata sama kebanyakan teman-teman Indonesia, seolah-olah perpustakaan itu cuman milik orang-orang “nerd” atau “geek”. I definitely will put this place in my list. Weekend tempat ini buka gak kang?

    Like

    1. tempat ini minggu libur. kalo lo cari yg sabtu-minggu buka, gue recommend Library @Senayan alias Perpustakaan Depdiknas samping Ratu Plaza. koleksinya ex-British Council so cukup ok 🙂

      Like

  13. hah? perpustakaan?
    terakhir kali ke perpus kayaknya waktu semester akhir kuliah, nyari literatur skripsi, itu pun di perpus jurusan, bukan perpus pusat kampus 😀
    Sampai saat ini jg belum pernah nemu perpus yg bener2 nyaman. kayaknya yg Lia ini patut dicoba, dekat dari rumah kakak sy jg di Rawamangun 😀

    Like

  14. Saya biasanya paling nggak bisa berlama-lama di perpustakaan, kalau baca buku biasanya lebih nyaman di rumah bisa sambil tidur2an di kamar hehehe

    Like

  15. Waktu masih SMA dulu saya suka nyelam di perpus juga lho 😀
    bahkan selesai jam sekolah, pas perpusnya udah tutup, nyelamnya dilanjutkan di perpustakaan BaKTI.

    Eh tapi sekarang udah gak pernah lagi -___-

    Like

  16. Saya ingin bertanya,
    1. Biaya kursus perpustaakaan lia berapa?
    2. Paket apa saja yang ada?
    3. Dalam jangka waktu berapa lama kursusnya?
    4. Dari jam berapa-samapi jam berapa kursusnya?
    5. Dalam 1 minggu ada berapa kali pertemuan?

    Like

Leave a comment