Ketika Pencitraan Memasuki Sekolah

Beberapa hari ini kita mendengar pemberitaan yang mungkin tidak seheboh headline yang menghiasi media dan pembicaraan warga lainnya namun cukup mengganggu. Hal tersebut adalah ditemukannya buku-buku seri SBY di sejumlah sekolah di Tegal yang didatangkan oleh Dinas Pendidikan Daerah dalam program Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Pendidikan. Sekitar 61 SMP di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yang menerima buku-buku tersebut kemudian mempertanyakannya karena dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah yang mengacu pada kurikulum. Berikut gambarnya:

Kesepuluh buku seri SBY tersebut, yang dijual per set-nya seharga Rp 474.500,-, dituding tak sesuai dengan kurikulum karena para guru mengalami kesulitan untuk menaruhnya di bidang studi apa dan dalam silabus yang mana. Para pejabat terkait pun saling menyalahkan atas lolosnya buku tersebut ke sekolah-sekolah. Kemendiknas berkilah bahwa buku serial tersebut ‘sangat bagus’ dan telah lolos uji kelayakan tim ahli (baca beritanya di sini). Sedangkan anggota DPR (dari fraksi yang sudah kita tahu sehingga tidak perlu disebut lagi) berpendapat bahwa buku-buku tersebut dapat dimasukkan dalam kategori Pengayaan Kepribadian Bangsa karena berisikan contoh-contoh yang baik dari Sang Presiden. Sementara pihak-pihak yang berseberangan menuding bahwa tindakan ini jelas menyalahi sistem (karena DPR tidak menyetujui) dan menjadi bukti adanya kebocoran dalam teknis pengadaan. Tak ayal motif politik pun dibawa-bawa oleh karena pengiriman buku-buku tersebut kepada siswa-siswa SMP dinilai bertujuan memenangkan pengaruh pada anak-anak tersebut yang pada tahun 2014 nanti akan menjadi pemilih pemula.

Perdebatan tentang ini tentunya tidak akan sampai di sini karena persepsi masyarakat tentang buku ini berbeda-beda. Yang sangat saya sayangkan adalah para siswa SMP tersebut menjadi ‘korban’ atas kebijakan ini. Alih-alih mendapatkan buku yang sesuai dengan kebutuhan studi, mereka akan terpapar dengan materi yang (bagi saya) tidak ubahnya dengan indoktrinasi dan pencitraan sosok yang berkuasa. Karakter anak SMP dan SMA sangat unik; mereka sudah mulai dapat berpikir sendiri namun relatif belum banyak dipengaruhi oleh politik. Guru SMA saya Bpk. Arief Rachman dulu pernah berkata kepada kami bahwa anak-anak sekolah paling mudah dibentuk karakter kebangsaannya sebelum pada masa mahasiswa nanti dihadapkan pada riuh-rendah perdebatan politik yang kerap berujung pada aksi politik. Kerentanan ini nampak dimanfaatkan dengan ‘manis’ oleh pihak-pihak tertentu yang ingin menyebarkan pengaruh tertentu tadi.

Of course, kita pun tidak boleh seenaknya menuduh isi buku itu jelek. Terlepas dari kenyataan bahwa buku itu tidak cocok dimasukkan dalam kurikulum SMP, kita yang lebih dewasa tidak ada salahnya menelaah bukunya sebelum mengambil sikap. Masalahnya, saya merasa rugi banget kalau harus membeli serinya yang hampir setengah juta rupiah itu. Jadi kalau ada yang memiliki ebook gratisnya, sudilah kiranya menyumbangkannya pada saya juga. 😀

===

Sumber gambar: inilah.com

40 thoughts on “Ketika Pencitraan Memasuki Sekolah

  1. Soeharto juga dulu melakukan hal yang sama, buku2 profil Soeharto disebarkan ke mana2 untuk menjaga konsistensi rakyat Indonesia kala itu untuk tetap memilih Soeharto. Sekarang hal ini juga dilakukan oleh SBY, sayangnya SBY tak memperhatikan bahwa sekarang jaman reformasi yang tak lagi dijejali dengan ketakutan dikenai UU subversi jaman Pak Harto, orang-orang tentunya pada protes 🙂
    Ah SBY lebih cantik lah kalo memang mau pencitraan….

    Like

  2. Setauku, umumnya buku tentang kepahlawanan (atau semacam itu) yang masuk ke sekolah baru ada setelah ybs sudah meninggal dunia (dan ditempatkan di silabus sejarah / his-story)… Memang luar biasa presiden satu ini: selangkah lebih maju

    Like

  3. *sigh* Jika begini caranya ……….
    ah …. *ngap*

    Saya tidak memilih dia, tapi saya tidak membenci dia,
    tapi semakin melihat apa yang dia lakukan, kok …..?

    BUKU! setengah juta rupiah??? Ckkckckck ..
    di Tegal pula? Wong harganya ribuan aja orang2 pada susah ngadain duitnya,
    ini ……..? ampun dah.

    Om, klo dapet ebooknya, tulis resensinya di sini yah, membacanya pun saya tak sudi! 😛
    tepatnya tak ada waktu 😀

    Like

  4. Jiaah! Setengah JUTA? Saya setuju bahwa di SMP kebanyakan orang sudah mulai menemukan siapa figur yang dijadikan panutan. Hal ini akan membawanya kepada bagaimana cara berpikir sampai cara bertindak. Bukan berarti isi buku itu jelek, cumaaaa, ya gitu deh. 😀

    Like

  5. Mahal banget untuk buku pencitraan sampai setengah juta rupiah. Mending beli buku yang lain dah, yang jelas-jelas menambah wawasan. Eh, buku ini juga menambah wawasan ding. Menambah wawasan tentang Pak SBY. 😆

    Like

  6. bukan hanya di Kabupaten Tegal saja bang bahkan adik-adik saya di Kota Tegal pun sudah mendapati buku tersebut di sekolahnya. Yang menyedihkan lagi kenapa juga buku itu harus diperjual belikan. Katanya sekolah gratis tapi kok harus bayar buku semahal itu???

    Like

  7. wahhh, kalau harus beli, emang agak berat. tapi kalau ada yang geratisan (ebook), bolehlah kita baca. toh bagus untuk belajar hal positif dari bpk presiden kita. biar sedikit lebih kenal pemimpin kita. tapi sayang juga kalo ternyata kemunculan buku ini adalah manuver politik dari beliau. semoga tidak

    Like

  8. Entah kenapa tokoh yang selalu menjaga citranya ini kok beberapa saat terakhir ini tersandung. Dari mengeluh gaji yang nggak naik2 dan terakhir kasus buku ini.

    Errr… apakah ada maksud terselubung ya untuk menurunkan citranya dan menaikkan citra orang lain??? #mukalicik #pasangtanduk

    Like

Leave a comment