Kursus Kilat di Gedong Songo

Kalau dipikir-pikir saya ini termasuk traveler yang cukup nekat karena sering mengambil keputusan jalan-jalan dengan terburu-buru dan 1-2 kali bahkan memaksa berangkat besok subuhnya tanpa persiapan apapun. Entah itu tiba-tiba kabur ke Pangandaran atau mendadak ingin lihat Bromo, hal-hal seperti itu cukup sering saya lakukan.

Sama halnya dengan minggu lalu ketika saya datang dengan santai dari Jepara untuk sekadar menghabiskan akhir pekan di Semarang bersama seorang kawan. Namun tak disangka, agenda berubah dan kawan yang tadinya ingin diajak jalan malah ada acara lain. Jadilah saya bengong di Semarang pagi itu tanpa tahu hendak ke mana. Setelah kasak-kusuk dengan beberapa teman di Twitter sekadar bertanya tempat apa yang seru untuk dikunjungi di seputar Semarang, akhirnya saya putuskan ke Candi Gedong Songo di Ungaran.

Saya langsung tertarik dengan kompleks candi Hindu yang dibangun sekitar abad ke-9 oleh Wangsa Syailendra ini. Berbeda dengan candi-candi di selatan Jawa yang besar, Gedong Songo memiliki lima kompleks candi yang semuanya berukuran kecil dan empat sisanya bahkan hanya tersisa tumpukan batu tak beraturan.

Di samping pemandangan bukit-bukit hijau dihiasi candi-candi yang tampak pucuknya di kejauhan, udara di Gedong Songo juga lumayan dingin menusuk. Saya merogoh tas untuk mengeluarkan jaket … loh di mana jaket? Astaga, kelupaan! Ya sudah, saya tambahkan 1 kaos lagi untuk sekadar menutupi dada. Yang saya cari berikutnya adalah kamera … LOH DI MANA KAMERA?!! Ternyata di tengah packing serabutan yang saya lakukan di Jepara, saya telah melupakan benda yang sangat penting, yakni kamera saku yang menjadi salah satu aset menulis (dan narsis). 😦

Jaket ketinggalan masih bisa diganti yang lain, namun kamera yang ketinggalan bukanlah cerita yang indah. Mau tidak mau saya terpaksa mengandalkan kamera ada yang ada di telepon yang baru saya beli. Saya keluarkan HP tersebut dari kantong lalu saya amat-amati sambil muka masih merengut karena keteledoran tadi pagi. Terus apa bagusnya sih telepon ini?

Niat awal saya membeli Samsung GALAXY Ace 3 adalah karena saya memerlukan sebuah TELEPON, yang ditambah fungsi lain di sana-sini yang bisa mendukung saya memantau social media di jalan tanpa terlihat mencolok. Karena itulah saya tidak memilih perangkat yang lebih besar seperti Samsung GALAXY S4 soalnya terus terang ijke takut dipalak preman di pertigaan kampung, cynn! 😦 Dengan ukuran layar 4 inci, telepon ini terasa pas di genggaman dan cukup nyaman di mata dan terutama di jempol karena keypad-nya tetap bisa dipakai mengetik cukup cepat. Kayak gini nih telepon saya:

Eh, dari tadi saya masih menyebut Samsung GALAXY Ace 3 ini ‘telepon’ ya. Awalnya saya meragukan kemampuan lain dari perangkat ini sehingga tidak banyak mengeksplorasinya sesudah membeli. Akhirnya sebelum saya lanjut ke candi berikutnya saya duduk sambil makan sambil mengutak-atik perangkat tersebut dan mencari tahu fungsi-fungsi lainnya.

Social media tools

Saya biasanya pakai Twitter, Foursquare, Instagram dan Path untuk berinteraksi dengan kawan-kawan sekaligus pamer foto terbaru (yes, guilty as charged). Samsung GALAXY Ace 3 ini menawarkan kelengkapan fasilitas tersebut dengan mulus karena otaknya gak cuma satu tetapi dua alias Dual Core sehingga semua aplikasi tersebut bisa berfungsi baik. Terutama Path yang biasanya paling lama memakan waktu untuk memasang gambar, perangkat ini mampu menjawab kebutuhan saya walaupun sinyal 3G sedang ngambek-ngambeknya.

Di samping itu banyak aplikasi lain yang biasa saya unduh di perangkat Android seperti berita, kamus, peta dan transportasi kota dan beberapa aplikasi tidak penting namun dibikin penting untuk sekadar menghabiskan waktu di jalan. Sejauh ini saya puas banget dengan performanya yang cepat. Apalagi kalau sedang di kendaraan umum yang bergoyang-goyang, kadang saya kesulitan menggunakan keypad. Karena itu saya sangat berterima kasih pada fasilitas S Voice yang membantu saya menjalankan perintah berbasis suara. Berguna banget kalo lagi panik ditagih ongkos sama kondektur. πŸ˜›

Kamera

Kameranya 5 MP, jelas saya tidak berharap banyak dibandingkan kamera saku atau yang profesional. Tapi setelah kursus kilat fitur-fitur kamera ini di Gedong Songo, ada dua fasilitas yang saya sambut dengan gilang-gemilang. Pertama adalah Sound & Shot alias kemampuan menambahkan suara pada foto. Iya, fotonya jadi ada suaranya! Atau ada juga fitur Best Shot, yakni kemampuan kamera untuk melakukan burst shot lalu secara otomatis memilih foto terbaik. Jadi gak perlu lagi saya menyumpahi kamera lelet ketika sedang mengambil foto di depan candi yang ramai orang.

Fitur-fitur keren

Selain dua keunggulan di atas, ada lagi fitur-fitur keren di HP ini. Sebagai traveler, aplikasi S Travel berguna sekali bagi saya untuk mengetahui rekomendasi wisata setempat, penginapan, transportasi, dan tempat-tempat kuliner. Atau memasuki sebuah negara tanpa paham bahasa itu sedangkan orang-orang yang kamu temui gagap berbahasa Inggris? Jangan risau, kengkawan, aplikasi S Translator bisa membantu. πŸ˜€ Kalau lagi di bis dan ingin melakukan sesuatu dengan cepat, fitur Motion UX bisa dimanfaatkan agar yang kita mau dapat dilakukan dengan sekali menyentakkan HP. Fitur-fitur lainnya dapat dilihat juga di sini.

Selanjutnya biar beberapa gambar saja yang bercerita ya. Semua gambar di bawah ini adalah contoh hasil jepretan kamera Samsung GALAXY Ace 3 di Gedong Songo dan juga beberapa tempat di Semarang yang tidak saya edit sama-sekali kecuali menambahkan copyright mark di kiri bawah:

Salah satu candi di kompleks Gedong Songo
Spot the temple!
Hampir ketiduran di Candi ke-3
Contoh foto dalam ruangan (Semarang Contemporary Art Gallery)
Contoh foto makanan (Toko Oen)

Bagi saya gambar-gambar di atas sangat jernih; lagipula keuntungan mengambil gambar dengan smartphone yang terutama adalah kita bisa lebih discreet mengambil gambar candid. Jadi perangkat terbaru Samsung ini sangat cocok untuk saya.

Dengan harga 2,1 jutaan untuk sebuah smartphone, Samsung GALAXY Ace 3 ternyata jauh melebihi harapan saya dengan menawarkan fitur-fitur yang lengkap dan value for money-nya sangat terasa. Senang banget karena ternyata pilihan saya kepada perangkat ini sebagai rekan perjalanan ternyata tidak salah. Saya tidak sabar untuk mencoba Samsung GALAXY Ace 3 ini ke tempat-tempat menarik lainnya di Indonesia dan Asia!

By the way, nih ada cerita Joni yang kesulitan nyebarin selebaran acara ultahnya. Mau tau gimana caranya teman-teman Joni membantu dia lewat Samsung GALAXY Ace 3 mereka? Sekalian kamu bisa intip fitur-fitur kerennya nih:

31 thoughts on “Kursus Kilat di Gedong Songo

  1. Kebetulan lagi cari referensi hape nih. Hape saya sudah berusia 3 tahun lebih dan sudah sering menunjukkan jam pasir dan panas.

    Kebalikan sama mas Indobrad, saya malah jarang banget backpacking or traveling tahun ini. Mungkin karena kerjaan yang terlalu demanding hehehe.

    Like

  2. Ternyata nenek moyang kita itu doyang membangun candi-candi di atas bukit ya. Di Gunung Lawu ada, di Gunung Penanggungan ada, di Gunung Arjuna ada, di Ungaran ada, di Dieng juga ada. Emang ga capek apa bawa batu-batunya ke puncak bukit?

    Like

    1. demi memuja dewa, segala sesuatu rela dilakukan bro. lagipula belum tentu batu2 asalnya dari bawah. bisa jadi diambil di sekitar lereng lalu dipahat dan diukir kan? πŸ™‚

      Like

Leave a comment