#wcjog: Catatan dari WordCamp Indonesia 2013

Meski sudah lewat lebih dari seminggu, saya tergerak juga untuk menuangkan apa yang saya pikirkan saat menghadiri ajang WordCamp Indonesia 2013 yang berlangsung di Rasamala Ballroom, Gowongan Inn Hotel, Yogyakarta, pada 18-20 Oktober 2013 lalu. Mengapa saya datang? Terus terang saya tertarik dengan ajang kumpul-kumpul pengguna WordPress ini sejak lama karena saya konsisten menggunakan WordPress sebagai engine blog saya sejak 2010 lalu. Namun dengan berbagai alasan maka saya belum pernah menghadiri ajang WordCamp di Indonesia. Oleh karena itu, ajang yang keempat kalinya digelar di Indonesia ini sangat saya nantikan.

Saya datang tanpa beban dan tidak berharap banyak. Kenapa? Sejak awal saya sudah menduga bahwa percakapan akan didominasi oleh topik-topik teknis tentang pengembangan WordPress dan tidak banyak membahas konten. Meski pihak penyelenggara membuka kesempatan seluas mungkin kepada para pengguna dan penggemar WordPress dari beragam area ketertarikan, nampaknya soal teknislah yang menjadi primadona. Oleh karena itu sesi demi sesi di hari pertama berjalan sedemikian tanpa banyak yang saya tangkap.

Suasana sedikit berubah ketika Benjamin Thompson tampil di sesi malam. Datang sebagai perwakilan Automattic yang menjabat sebagai Growth Manager dan kebetulan berbasis di Taiwan, Ben justru bercerita lebih banyak tentang passion-nya sebagai pengembang di Automattic dan semangatnya berbagi melalui blog. Kalimat yang saya anggap sebagai turning point adalah “We’re all good at tools, but blogging is more than just tools.” Berikutnya Ben lebih banyak bercerita tentang aspek-aspek menulis di blog yang, meski menyenangkan, namun membutuhkan disiplin tingkat tinggi pula. Lebih dari sekadar alat, blog membutuhkan motivasi dan disiplin. Mencapai tingkat kedisiplinan yang baik membutuhkan waktu dan proses yang diawali dari semangat untuk berbagi.

Meski singkat, presentasi Ben itu cukup memetakan posisi saya di WordCamp, yakni bahwa WordPress adalah engine blog yang sejatinya mendukung saya terus menulis dan berbagi. Para pengembang boleh jadi bermain di sisi teknis blog dan situs, namun setelah semua urusan teknis itu selesai, mengisi situs dan mengembangkannya menjadi tanggung jawab pihak lain, atau dalam kasus saya, ya saya sendiri sebagai blogger. Itu membutuhkan motivasi dan kedisiplinan yang lain lagi.

Sesi inspiratif berikutnya dibawakan keesokan harinya oleh Danu Widhyatmoko, dosen sekaligus kepala Digital Media Development Binus University yang bercerita tentang perjuangannya agar WordPress diterima sebagai platform di situs universitas dan seluruh afiliasinya di Binus. Yang menarik bagi saya di sesi ini adalah semangat Danu dalam berbagi pengalaman dengan para peserta yang sama-sekali jauh dari kesan ‘wah’ karena telah mengembangkan suatu program terbaru sekaligus melancarkan soft-marketing.

Pada pagi hari kedua itu Danu tampil dengan memaparkan suka-dukanya di kampus, bercerita dengan jujur bahwa dia harus berhitung mana saja keperluan situs kampus yang cocok menggunakan WordPress dan mana yang sebaiknya dikembangkan sendiri, lalu dengan lugas memaparkan angka-angka potensi dunia akademis di Indonesia yang bisa didekati oleh para pengembang WordPress untuk kemudian diajak berbisnis. Danu juga memaparkan kebutuhan umum sebuah situs universitas atau sekolah sampai beberapa tips khusus untuk mendekati pimpinan kampus. Sangat bersahaja namun kuat terasa kredibilitasnya.

Masih ada beberapa sesi lainnya yang saya ikuti meski tidak lengkap, maklum saya sampai di Jogja sudah sangat sore dan besok siangnya malah harus bergerak ke tempat lain lagi. Namun ada 1-2 sesi yang menarik diikuti, misalnya sesi Abang Edwin yang menceritakan awal perjumpaannya dengan WordPress, lalu Todi Adiyatmo yang sesinya sangat teknis namun dibawakan dengan sangat ringan. Lainnya saya ikuti sekilas saja. Ada sesi tentang Responsible Travel yang dibawakan oleh Labodalih Sembiring yang sayangnya terlalu luas lingkupnya sehingga kehilangan pesan inti. Lalu ada pula forum diskusi yang menghadirkan beberapa panelis yang masing-masing bercerita tentang inovasinya yang mungkin terlalu beragam bagi saya hingga kehilangan fokus.

Satu hal yang cukup mengejutkan adalah pemadatan WordCamp dari yang seharusnya tiga hari menjadi dua hari. Setelah para penyelenggara bercerita alasan teknis dan non-teknisnya saya cukup memahami. Hanya saja lebih baik jika hal itu ditegaskan dari awal, misalnya sejak pagi hari kedua dan bukannya memakai kata ‘mungkin’ pada saat pengumuman hingga peserta harus menunggu lebih lama sebelum akhirnya kejelasan itu didapat. Arahan yang jelas akan memudahkan peserta mempersiapkan diri untuk sesi selanjutnya dan akan kelar jam berapa, atau justru memutuskan untuk pulang lebih dahulu (seperti saya) karena ada rencana lain.

Hal-hal teknis lainnya seputar acara bersifat umum, misalnya soal koneksi internet dan sinyal telepon yang memang susah didapat karena ruangan berada di bawah dan selantai dengan area parkir. Masih ada ruang perbaikan yang saya pikir sanggup dikejar oleh panitia pada event selanjutnya. Harapan yang utama adalah agar para pegiat WordPress di Indonesia lebih aktif dalam berkomunikasi dan berkontribusi, sehingga kelanjutan WordCamp Indonesia 2014 di Bali dapat dilaksanakan oleh para aktivis baru dengan semangat yang baru pula.

Ah, tapi ada juga alasan lain mengapa WordCamp ini begitu menyenangkan, yakni saya bisa menikmati kembali penjelajahan di Jogja. 😀

24 thoughts on “#wcjog: Catatan dari WordCamp Indonesia 2013

  1. iyah, kesulitannya memang saat ditawarkan ke teman2 untuk jadi relawan penggerak WordCamp berikutnya, ndak ada suaranya, padahal banget2 diharapkan untuk kontribusi lebih jauh lagi. Sampai ketemu di Denpasar…!!! #eh 😀

    Like

    1. Itu mungkin krn interaksinya belum natural, bro. Mereka harus diajak karaokean dll dulu baru berasa memiliki komunitas. Kalo udah gitu, minta tolong utk bikin event ke mereka akan lebih gampang 🙂

      Like

  2. Udah lama pake wordpress sebagai platform blog, tapi baru tau klo ada komunitasnya.. setuju sama brad, mestinya diajak karaokean masal dulu baru ngerasa jadi bagian dari komunitasnya.. ihiiiyyy #kode

    Like

  3. Udah lama juga pakai wordpress, baru tahu juga ada komunitasnya 🙂
    Tahun 2014 di Bali? semoga bisa ikutan, setelah selama ini cuma bisa pengen karena bayarnya pakai paypall.

    Like

    1. ada opsi bayar pake transfer bank kok Jul. Gw bayar pake rupiah. Ada di websitenya kok. Jangan lupa ngobrol juga sama panitianya. hihihihi

      Like

  4. Ini kalau diundang pihak universitas dari daerah2 seperti daerah kami kan bagus, Babang 😀 jadi bisa tahu soal pengembangan situs2 kampus huehueheu… btw tahun depan di mana? Kalau deket2 NTT mau ikut ah…

    Like

  5. Nahan napas pas baca artikel liputannya =)
    Terima kasih untuk apresiasinya, Mas. Datang ke Yogya kemarin itu seperti ketemu keluarga yang belum pernah bertemu sebelumnya, hangat. Dan setuju, faktor Yogya memang istimewat =)

    Like

Leave a comment