Meski bukan pengapresiasi kuliner sejati, sedikit-banyak saya tahu juga rekomendasi tempat-tempat makanan yang layak dicari bahkan diburu. Nah khusus untuk makanan Indonesia, SOTO adalah masakan yang rela saya sambangi ke mana-mana untuk melakukan ujicoba. That’s right, I’m not a real blogger. I’m actually a soto sampler. 😀
Lalu ketika dirasa sudah tidak ada lagi tempat makanan di Jakarta yang bisa direkomendasikan, tiba-tiba datanglah ‘tantangan’ dari seorang kenalan di Path, sebut saja namanya David Oentoro *lahh malah di-link*. Semuanya berawal dari obrolan sekenanya di dunia maya: ‘Makanan apa yang sering lo coba bandingkan jenis-jenisnya di mana-mana?’ Saya langsung menjawab cepat “SOTO!” sembari menyebutkan beberapa tempat rekomendasi hingga akhirnya ditutup dengan bangga: “Tapi biar gimana juga soto nyokap gue tetep paling enak sih.”
Eh si David juga gak mau kalah. “Kalo gue sih jelas soto nyokap gw paling enak. Kalo lo gak percaya coba dateng aja ke warung nyokap gw.” Ditantangin gitu, ya kita terima lah. 😛
Maka jadilah pada siang itu saya menyambangi tempat jualan soto Mamanya David yang lebih dikenal dengan nama Soto Samrel (Samping Rel) dan terletak di bilangan Duri, Jakarta Selatan tepatnya di Jl. Bukit Duri Utara, persimpangan lintasan KA. Agak gampang-gampang susah menemukan tempat ini karena saya kurang hafal daerah yang dikenal karena sebuah sekolah SMA negeri ternama di Jakarta yang lokasi sekolahnya kerap kebanjiran. Patokannya sederhana:
Dari Stasiun Manggarai atau Tebet, naik angkot ke Pasar Duri > turun di perempatan rel kereta api > tempatnya cuma 10-an langkah dari situ.
Nih ya penampakan lokasinya:


Lalu apa menu utama yang ada? Ya tentu saja soto andalannya. Ada empat macam soto yang dapat dipesan selain menu lainnya yang akhirnya membuat warung sederhana ini tampak memajang segala macam masakan rumahan yang umumnya dihidangkan setelah mengamati permintaan pasar, utamanya pangsa para karyawan PT. KAI yang kantornya dekat situ.
Seakan tidak mau rugi, saya pun langsung memutuskan mencoba dua jenis soto sekaligus, yakni Soto Betawi berkuah santan dan Soto Ayam berkuah bening.


Lalu bagaimana rasanya? Jujur, segala isi soto beserta bumbunya tidak ada yang baru sehingga kedua soto ini berciri makanan rumah yang sangat kuat. Namun ada yang berbeda ketika saya mencicipi Soto Betawinya, yakni kuahnya yang terasa sangat ringan. Selidik punya selidik, si pemilik soto pernah mendengar curhat salah seorang pelanggannya yang mengaku penggemar soto tapi takut jajan sembarangan karena memiliki masalah kolesterol. Sadar bahwa kesehatan para pelanggannya harus diutamakan, sang pemilik pun memutar otak agar soto sajiannya tidak mengakibatkan masalah kesehatan. Akhirnya santan kelapa yang biasanya sangat pekat itu pun dicampur dengan susu cair agar teksturnya lebih ringan. Ternyata trik ini berhasil; Soto Betawi menjadi salah satu menu andalan di Samrel.
Pun demikian dengan Soto Ayam-nya. Bumbu-bumbu yang digunakan dijaga porsinya agar tidak terlalu pekat supaya pelanggan tidak cepat bosan. Rupanya si ibu ini penganut paham ‘Less is More’. Harganya pun murah untuk ukuran Jakarta; sekitar sepuluh-dua belas ribu rupiah.
Jadi inilah rekomendasi soto dari saya. Dengan tekstur ringan dan sehat namun rasa asli soto ala Indonesia yang tetap melekat, tempat bersahaja ini bolehlah menjadi alternatif perburuan kuliner Anda. Tinggal ingat-ingat saja ‘mantra’ ini: Perempatan Samping Rel Manggarai-Bogor di Pasar Duri.
UPDATE:
Ada yang komplain di Path kalau mantra di atas tidak jelas. Well, dia benar juga sih. Banyak pengunjung yang katanya mengeluh karena susah menemukan lokasinya. Jadi sekalian saya tambahkan gambar yang diambil dari Google Maps berikut ya:

