Kunjungan singkat saya ke Lasem beberapa bulan lalu (bisa dibaca di tulisan tentang Lawang Ombo dan Batik Rokok) masih menyisakan kenangan seru berupa blusukan ke kampung-kampung Peranakan yang sebagian masih tertata rapi. Namun apakah blusukan saja yang menjadi daya tarik kota yang resminya berupa kecamatan di Rembang ini?
Hal yang bagi saya lebih mengesankan adalah budaya masyarakat Tionghoa yang masih tetap bertahan di tengah gempuran zaman dan kini dituturkan oleh opa-opa dan oma-oma yang semakin lanjut usia. Atau nafas Islami yang begitu kenal dari warga Lasem yang hidup tepat di sisi masyarakat keturunan dan bahkan bersinggungan klenteng dan pesantrennya; masing-masing tekun menjaga prinsip hidup dan warisan budaya sambil menghargai pertalian saudara yang telah teruji oleh masa dan perjuangan melawan penjajah. Atau ini juga: gema Majapahit yang lambat-laun kembali terdengar gaungnya melalui kisah-kisah para arif cendekia lokal dan bukti-bukti arkeologi yang kadang tak sengaja ditemukan di halaman belakang saat mencangkul. Lasem adalah persilangan budaya Jawa Tengah yang selalu menarik untuk didatangi lagi dan lagi.
Namun masalah klasik yang langsung terbaca dari kacamata backpacker saya adalah ketiadaan akomodasi yang pas bagi kantong sebagian pejalan yang pas-pasan. Lalu yang lebih penting lagi: informasi akurat dan komprehensif tentang titik-titik wisata menarik yang praktis untuk diambil para petualang yang kerap datang sendirian atau berkelompok kecil. Sejauh pandangan saya, pariwisata di Lasem baru relatif siap menyambut kunjungan wisatawan dalam rombongan besar dan telah memastikan jadwal sebelumnya karena ini berkaitan pula dengan kesiapan tuan rumah beberapa tempat dalam menyambut tamu. Maklum, pariwisata di sini masih dijalankan secara sporadis oleh pemilik properti atau sekumpulan pegiat pelestari pustaka dan belum menjadi industri.
Oleh karena itulah saya mendapat kejutan menyenangkan melalui pesan singkat yang dikirim oleh Mas Bodhi Pop. Pemuda berambut gondrong sampai ke punggung ini adalah pendiri Rembang Heritage Society selain juga menjadi salah satu pegiat Jejak Pusaka Lasem (Lasem Heritage Trail) dan pagi ini beliau mengirimkan informasi yang langsung membuat saya girang. 😀 Brosur ini adalah informasi singkat tentang Lasem yang ditulis dalam Bahasa Inggris. Sila disimak ya:
Ada 2 hal yang menjadi kejutan menyenangkan. Pertama adalah mulai ada usaha menampilkan beberapa atraksi utama yang membantu para turis independen sebagai orientasi umum tentang pusaka Lasem. Berbahasa Inggris pula! Kedua adalah Lasem mulai menyediakan PENGINAPAN MURAH UNTUK BACKPACKER! Hehe, saking senangnya sampai saya capslock semua. Kata Mas Bodhi, usaha ini benar-benar baru sampai-sampai ketika ditanya namanya, Mas Bodhi sendiri mengaku belum terpikirkan. Yang jelas harga penginapan sederhana berkamar-mandi di luar ini sangat terjangkau, yakni mulai dari Rp 50.000,- saja.
Selain kamar murah, Mas Bodhi rupanya juga memikirkan para pejalan independen yang kadang datang tanpa janjian sebelumnya. Jadi demi melayani teman-teman backpacker dalam menghubungkan dengan tempat-tempat wisata yang belum siap menerima tamu dadakan tadi, penginapan ini juga menyediakan jasa pemandu wisata yang harganya terjangkau. Saran saya sih lebih baik gunakan saja jasa mereka karena memang itu satu-satunya cara bisa masuk ke beberapa rumah dan klenteng dengan bebas tapi sopan.
Selain murah, saya curiga para pemandu tersebut bukanlah orang sembarangan. Pasti pelakunya adalah para anggota BHRE LASEM alias Paguyuban Pelestari Pusaka Lasem yang jago memaparkan informasi detail tentang daerah tersebut lengkap dengan legenda-legenda yang dijamin membelalakkan mata. Gimana gak kaget kalau tiba-tiba saya dikasih tau bahwa halaman depan sebuah hotel di pinggir jalan ramai itu dulunya adalah batas sebuah kerajaan? Atau bahwa di halaman belakang Rumah Tegel sesungguhnya berdiam… ah sudahlah! 😛
Penginapan yang terletak di Jalan Karangturi V No. 2 itu bukanlah sembarang penginapan. Saya pernah melewatinya waktu tempat itu masih rumah biasa. Lokasinya adalah sebuah rumah tua yang berpintu kayu jati tinggi dengan halaman dalam yang tak langsung terlihat dari luar karena terhalang tembok tinggi khas rumah Peranakan. Namun bisa terlihat sedikit ujung pepohonan rimbun di halaman dalamnya. Untungnya Mas Bodhi kasih bocoran beberapa foto hasil jepretan sendiri:
Hore! Sekarang Lasem mulai ramah pada backpacker. Untuk informasi lebih lanjut bisa klik halaman Facebook Lasem Heritage Trail. Tapi kalau udah gak sabar ingin segera lompat ke bis menuju Lasem, kirim email saja ke Mas Bodhi Pop di rembangheritagesociety@gmail.com. Ada juga sih nomor HP-nya, tapi Mas Bodhi saat ini sepertinya sedang sibuk jadi saya belum dapat konfirmasi boleh/tidaknya mengumbar nomor itu di sini. Nanti deh ya.
UPDATE: Katanya boleh diumbar. 😀 Telepon / WhatsApp langsung aja ke 0896-1081-8507 ya.
Kapan ya piknik ke lasem…
LikeLike
lah, deket banget cuma 3 jam dari Semarang itu. 🙂
LikeLike
lasem itu kampungnya temenku. tapi waktu dia nikahan ga dateng juga sih karena lagi hamil hihihi.. kali aja lain waktu bisa mampir kesana ^^
LikeLike
iya mim, pergi dong ke sana. menarik banget loh
LikeLike
Berulang kali ajakan ke lasem mampir tapi hasrat kesana selalu padam. Gw mungkin manusia yg tidak menghargai sejarah ihik ihik ihik, tidak perna tertarik sama sekali dengan kunjungan2 sejarah macam ini #ampuniAkuTuhan
LikeLike
bertobatlah kau, nak. 😀
LikeLike
Pingin banget tobat, tapi pake kancut doang trus berjemur di pantai itu masih nikmat kak. Apalagi kalo ditemanin sebotol bir dan selinting cimexx
LikeLike
pake kancut? males ah #eh
LikeLike
Aku salut sama orang2 jawa tengah (dan jogja tentu saja) ya, mereka rata rata melindungi sejarah sampai titik darah penghabisan. niat banget. Beda kayak jawa timur ya. Atau jawa barat yg lebih seneng menonjolkan modernitas. Menurut penerawanganku lo ya.. Aku khan kadang menjelma jadi dukun haha.
LikeLike
hahahaha dukun vector yes
LikeLike
lasemitu tempat batik lasem yang dipakai firefox buat bikin firefox batik bukan ya mas?
LikeLike
Wah kalo itu saya kurang tau ya
LikeLike
Bukan destinasi favorit pelancong ya… Tapi sepertinya menarik kalau ada jejak Majapahit di sana.
LikeLike
mungkin krn belum terlalu lancar akses ke sana ya. tapi emang menarik banget sih
LikeLike
dari kemarin-kemarin saya jadi penasaran, mas indobrad sepertinya seloo banget ya waktunya, bisa jalan-jalan terus, saya iri deh, moga besok kalau punya bisnis sendiri dan waktunya seloo bisa kaya mas indobrad juga, hehehe
LikeLike
saya juga ikut orang alias kerja kok, mas. yg penting pintar2 atur waktu aja 🙂
LikeLike
wah seru ni bisa slaah satu informasi kalo mau pergi ke daerah lasem 😀
btw salam kenal , blogwalking a
LikeLike
terima kasih kunjungannya
LikeLike
jiwanya memang petualang nih. 😀 apalagi backpackeran, minim dana yg penting liburan…
LikeLike
yep yg penting hati senang 🙂
LikeLike
Keren… lasem go international… ada brosur inggrisnya…
murah bgt ya 50 ribu udah dpt kamar… tapi harusnya klo udah ada brosur inggris harganya dinaikin dikit2 biar angkat kehidupan disana juga… 😀
LikeLike
hahaha ya itung2an bisnisnya mungkin udah masuk di angka segitu bagi mereka ya
LikeLike
Sudah puluhan tahun tidak pernah ke Lasem, dulu waktu kecil sering diajak babe ke lasem dan mbonang untuk ziarah.
LikeLike
jadi kapan kesana lagi?
LikeLike
Jujur si,
saya belum pernah kesana,walau saya di daerah jogja.
Jadi iri pengen backpaper kesana 😀
LikeLike
ayo ke sana mas, gak jauh kok dari jogja
LikeLike
Haduh, ini yg bikin ngiler. Backpacker-ing ria menelusuri ranah wisata budaya.
Mungkin saya akan ke Lasem juga, pengen ngintip jejak2 sejarah disana.
Sementara ini saya backpacker-nya bawa alat2 ukur mas, jadi ga bisa nyantei hehe
Top!
LikeLike
tapi kan ke Nabire! Aku iri. hehehe
LikeLike
Seperti nya budaya dan toleransi masih kental sekali disana 🙂
Kalo udah ramah untuk backpacker (akomodasi) jadi pengen kesana :3
LikeLike
udah lumayan ramah kok dari segi budget dan kemudahan masuk ke rumah2 bersejarahnya. ditunggu cerita dari Lasem 🙂
LikeLike
Wah daerahku mulai sangat. Mau ah..kenalan sama mas bodhi. Sekalian pengin niat bantu ngebranding Lasem Heritage
LikeLike
silakan bro. Mas Bodhi tinggalnya di kota Rembang kok. jadi gampang mau ketemuan atau koordinasi 🙂
LikeLike
I wish I’ll be here someday 🙂
LikeLike
you should
LikeLike
belum pernah kesana saya 🙂
mampir ya mas http://nandarious.com/
LikeLike
ayo ke Lasem
LikeLike
ayooo…. ke Lasem… *nyari daftar libur 2016…
LikeLike