Jom Pegi KL Book Fair!

Seri Pacific Hotel, salah satu pintu masuk ke Putra World Trade Centre tempat diadakannya KL Book Fair

Anda sering ke pameran buku? Saya setiap tahun pasti menyempatkan diri pergi ke pameran buku di Jakarta yang umumnya berlangsung 2-3 kali setahun. Ajang terbesar biasanya berlangsung pertengahan tahun saat libur sekolah dan bertempat di Istora Gelora Bung Karno. Namun meski industri penerbitan Indonesia sudah sangat ramai dan jumlah pamerannya sudah memadai untuk ajang promosi buku-buku terbaru, nyatanya selalu terasa ada yang kurang ketika menghadiri pameran tersebut. Keluhan utama terletak pada fasilitas ruangan yang sempit dan kadang pengap dan jalur lalu-lintas pengunjung sangat sempit dan ditambah lagi dengan pengeras suara di banyak stand berbunyi maksimal meneriakkan promosi. Wow!

Karena itulah saya melonjak girang ketika Anazkia, sahabat blogger Indonesia di Malaysia, mengabarkan bahwa KL Book Fair 2012 tengah diadakan bertepatan dengan kunjungan saya ke sana. Sudah lama saya memimpikan datang ke pameran buku yang katanya terbesar di Asia Tenggara ini dan tak disangka jadwal perjalanan yang saya atur pas sekali waktunya. Lupakan segala itinerary tempat-tempat bersejarah di Kuala Lumpur. Jom kita pegi KL Book Fair!

Kuala Lumpur International Book Fair 2012 adalah ajang tahunan yang diselenggarakan oleh Majlis Buku Kebangsaan Malaysia (MBKM) Kementerian Pelajaran Malaysia (setara Depdiknas). Bertempat di Putera World Trade Centre, pesta buku ini telah berusia 31 tahun dan jumlah partisipan dan pengunjungnya terus bertambah; tahun lalu pameran ini dipenuhi sekitar 1 juta orang. Pameran yang berlangsung pada 27 April – 6 Mei 2012 ini mengambil hampir seluruh lantai dan ruang eksebisi dan konferensi di gedung PWTC yang berdampingan dengan Seri Pacific Hotel dan beberapa konferensi penerbitan dan hak intelektual diadakan di saat yang bersamaan.

Bersama dengan Anazkia dan Baha, dua sahabat baru yang dengan tangan terbuka menyambut kedatangan saya ke KL dan rela meninggalkan pekerjaan dan kuliahnya demi menemani saya berjalan-jalan, kami memasuki pameran yang pagi itu belum begitu ramai. Untung juga saya ke sana pada hari kerja dan masih pagi; saya tidak bisa membayangkan betapa berjubelnya pengunjung di akhir pekan. Namun ternyata dugaan saya salah; pameran tersebut sudah ramai dipenuhi pengunjung yang sebagian besar anak sekolah dengan seragam warna-warni.

Narsis sekejap di pintu masuk πŸ˜‰

Berbeda dengan bayangan awal bahwa saya akan menemukan sebuah ruang pameran luas dan terbuka layaknya JCC atau JI Expo Kemayoran, KL Book Fair tidak memiliki sebuah ruang pameran utama. Stand-stand pameran buku terbagi-bagi di beberapa area ruang konferensi dan koridor-koridor gedung yang disulap meriah dengan stand buku-buku dan dekorasi menarik. Ada juga beberapa area terbuka yang dipenuhi stand-stand dengan jalur pengunjung yang cukup sempit sehingga menyulitkan bergerak. “Beri laluan,” seru seorang guru kepada murid-muridnya ketika melihat saya susah-payah mencoba melewati sekelompok anak sekolah yang memenuhi jalan.

Namun pemandangan selebihnya sangat menakjubkan. Ruangan pameran ternyata tidak di satu lantai saja namun penuh sampai beberapa lantai ke atas dan tiap lantainya ramai dikunjungi orang. Koleksinya sangat beragam. Tentunya penerbit lokal sangat mendominasi di sini, utamanya buku-buku anak dan agama Islam. Selain itu tampak pula stand penerbit negara lain seperti Iran dan Brunei. Penerbit Indonesia katanya ada juga yang berpameran namun saya kok tidak sempat menemukannya. Dari sekian banyak buku-buku yang dipamerkan, ada satu benda bersejarah yang menarik perhatian saya:

Inilah surat kabar Jawi Peranakkan edisi tahun 1890. Surat kabar ini adalah terbitan berbahasa Melayu pertama dan dicetak dalam aksara Jawi. Surat kabar Jawi Peranakkan ini sebenarnya bukan berasal dari Malaysia melainkan terbit di Singapura sejak tahun 1876. Masa penerbitannya cukup singkat, hanya sampai tahun 1895 saja. Terbit mingguan setiap hari Senin, Jawi Peranakkan adalah buah karya warga muslim Melayu dan India yang hidup bersama dan menjadi satu keluarga besar berkat perkawinan campur di ranah Malaya-Singapura. Warga Jawi Peranakan sejatinya bukanlah etnis Melayu namun merupakan etnis campuran yang lahir akibat kesamaan iman Islam warga India dan Melayu. Belakangan mereka berjuang untuk diakui sebagai bagian dari bangsa Melayu.

Menurut informasi di sebuah situs (klik link di atas), inilah satu-satunya surat kabar berbahasa Melayu di Malaysia, Singapura, dan Indonesia pada saat itu. Memang sesuai dengan kenyataan yang saya saksikan saat menghadiri pameran buku di Jakarta pada tahun 2010 dan membaca koran pertama di Hindia Belanda yang semuanya dicetak dalam Bahasa Belanda. Sirkulasi koran Melayu ini hanya 250 eksemplar setiap terbit dan kalangan pembacanya terbatas di lingkup elit Jawi, Melayu, Baba (orang Cina berbahasa Melayu), dan Arab saja. Isi berita kebanyakan isu-isu terkini yang dikutip dari media berbahasa Inggris, pengumuman pemerintah, surat pembaca, editorial, dan pojok puisi. Koran ini juga dimanfaatkan untuk menampilkan isu-isu reformis seperti kritik terhadap masyarakat Melayu. Koran ini nampaknya dipandang prestisius di zamannya karena menjadi pemicu lahirnya terbitan Melayu lainnya.

Sayangnya, koran ini ditulis dengan aksara Jawi sehingga saya sama sekali buta huruf. Anaz mengerti beberapa kata namun langsung menyerah. Sempat pula kami meminta tolong kepada seorang gadis cantik murid sekolah di KL yang kebetulan berdiri di dekat kami. Lamat-lamat dia mengeja sebelum menghela nafas dan berkata, “Tak faham.” Ah, well. Hehehe.

Sayangnya waktu saya di KL Book Fair hanya sekitar satu setengah jam dikarenakan harus mengejar pesawat ke Phnom Penh. Namun pengalaman mengunjungi pameran ini sangat berkesan karena saya menyaksikan betapa dukungan pemerintah Malaysia terhadap industri penerbitan buku dan edukasi sangat total sehingga tiap tahunnya lahir karya-karya bermutu dari negeri jiran ini. Sepertinya tahun depan saya harus mengagendakan lagi jadwal berkunjung ke pameran ini ya. Overall, it was a good day!

Selanjutnya biar beberapa gambar saja yang bercerita ya. πŸ˜€

Salah satu sudut KL Book Fair
Sesi mendongeng dipandu Cikgu yang lagi cantek #eh
Anak-anak di manapun sama saja; menggelesot begitu ada tempat =))
Sudah kenal dengan Anaz belum?! Hehe
Kalau yg ini namanya Baha. Eh tapi masih pagi kok udah ngantuk bro?! =))

 

34 thoughts on “Jom Pegi KL Book Fair!

    1. borong buku justru nggak kang. soalnya udah dikasih hadiah buku duluan. hahaha. tapi kopdar waktu itu memang menyenangkan sih πŸ˜€

      Like

  1. @sobatbercahaya itu toh orangnya. Hehehe..

    Ramai. Tertib. Dan gedungnya besar sampai ke lantai2 atas tentunya surga bagi mereka yang memang hobi datang ke pameran buku.

    Di Jogja juga sempit kak pamerannya. Pengap pula.

    Like

  2. Woah, Om Brad rajin benerrr
    Anaz lak kok belum up date-update, yaks? 😐

    Sebetulnya waktu itu pengen ngobrol banyak tentang dunia buku dengan Om Brad, sayangnya waktu tidak memungkinkan. Anaz baru ngeh, kalau Pesta Buku di KL lebih besar berbanding di Jakarta dari Om Brad. Padahal, kan, di Indonesia lebih banyak penerbit dan lebih banyak penulis. Di satu sisi, pihak Malaysia sendiri mengakui kalau pasaran dan pemasaran buku2 di Indonesia itu lebih bagus berbanding Malaysia (ini Anaz pernah baca di surat kabar lho, Om) Bahkan ada yang menuliskan iri dengan Indonesia karena bukunya banyak beredar di mana2,, termasuklah di Mekkah yang ada menjual buku2 berbahasa Indonesia. Sayang koran yang menuliskan ini Anaz gak gunting heheh, biasanya Anaz rajin guntingin koran.

    Owh ya, selain itu, masih kata koran. Kualitas membaca Indonesia 4 % lebih tinggi berbanding Malaysia (ya Allah, semoga nggak salah inget) Anaz aktif juga di goodreader Malaysia n tak seramai atau mungkin belum seramai goodreader Indonesia. Kalau kita kemarin singgah ke penerbita Al-Hidayah, Om Brad pasti kaget,banyak buku2 Indonesia di mana itu adalah terbitan Indonesia.

    Kalau kita ke PTS Milenia, Om Brad juga pasti tercengang hehehe, soale banyak banget penulis2 kita di penerbit tersebut, tapi kalau ini udah diterbitkan di Malaysia n pakai bahasa Malaysia.

    Halagh, gak bisa ngobrol offline, jadinya Anaz ngoceh di mari deh 😐

    Like

    1. wakakakak, terima kasih atas informasinya ya. emang nyesel banget karena waktu kita terbatas. mestinya kopdar seharian sampe kaki pegel di pameran buku. hmmmmm. kemaren sebenarnya gak puas banget. maunya menyambangi satu per satu stand dan ngintip buku2nya. ah semoga tahun depan ada kesempatan ke pameran itu lagi dan menghabiskan seminggu penuh di PWTC. hehe

      terima kasih ya sudah menemani ke pameran!

      Like

  3. saya di Malaysia pun tak pergi.. Agak jauh juga dari Melaka nak ke sana.
    Mesti bro dpt jumpa buku-buku yang menarik..
    Buku jawi tu lama. Pasti saya pun tak tahu membacanya..

    Like

Leave a comment