Semua bermula dari Youtube. Malam itu saya sedang membuka situs berbagi video tersebut tanpa tujuan jelas dan mengklik sana-sini ketika tiba-tiba lagu-lagu Maluku menjadi perhatian. Di antara sekian lagu tersebut ada sebuah lagu yang dinyanyikan oleh kelompok paduan suara Belanda. Karena memang selalu tertarik dengan paduan suara, saya membuka video tersebut. Begitu tifa mulai ditabuh, saya terdiam.
Sebelum saya sudah pernah mengetahui adanya lagu ini namun belum pernah mendengar langsung. Yang saya pahami waktu itu adalah bahwa lagu ini kerap dinyanyikan oleh warga Maluku di Belanda simpatisan RMS dan sempat dilarang di Indonesia. Sempat saya ragu-ragu sebelum menuliskan postingan ini dan bertanya kepada Irfan di Ambon. Respon yang diberikan oleh teman-teman di Maluku cukup melegakan: lagu ini sekarang bebas diperdengarkan dan bahkan sudah direkam oleh Nanaku; versi lainnya dibawakan oleh Glen Fredly yang berkolaborasi dengan Maluku Hiphop Community.
Bagi saya lagu ini ‘sangat Maluku’ dengan lirik dan nuansa magisnya. Berikut petikan lirik dan artinya yang saya temukan di blog Julian Soplanit:
HENA MASA WAYA WAIYA LETE HUNI MU A O
YURI TASI BEA SALA NE KOTIKA O
A OLEH RUMA O RUMA SINGGI SOPA O
O PAUNE ITE KIBI RATU HIRA ROLI O
Artinya kurang lebih seperti ini:
Negeri di tempat-tempat kediaman kita yang tinggi di-MU, siang malam tertimbun air
Bila diusut asal usul kita semua orang-tidak salah ketika itu
Rumah kita turun temurun bertingkat tinggi asli
Kita semua tanpa kecuali sama saja seperti Raja
Akan tetapi ada pula terjemahan versi lain yang saya temukan di blog Yosmina:
Di masa silam
kami Alifuru turun ke pantai dari Hunimoa Seram
Bertenung dengan tasbih,
ternyata pilihan kami salah
Berusaha mencari rumah
Rumah tinggi (baileo) di tanah Sepa
tempat disimpannya alat kerajaan
yang telah melindungi kami
Sayang sekali memang, penggunaan Bahasa Tana sudah memudar terutama di desa-desa Kristen Maluku. Merenungi syair lagu ini saya tergetar ingin belajar lebih banyak, menyelam lebih dalam akan sejarah dan pemikiran orang Maluku.
Saya ingin bagikan lagu rakyat Maluku ini kepada Anda. Ada beberapa versi yang tersedia di internet, namun versi paduan suara Nijmegen, Belanda ini adalah yang paling menggugah. Bagi yang kesulitan bandwith untuk melihat videonya, silakan dengarkan MP3-nya berikut ini:
Atau simak videonya sekalian:
Bagaimana pendapat Anda setelah mendengar lagu ini? Atau Anda juga ingin membagikan lagu daerah lain yang menurut Anda berkesan? Ditunggu sharingnya. 😀
hiks..lagunya keren..
saya selalu tertarik pada budaya dan tradisi Indonesia Timur, salah satunya Maluku..
sangat berharap suatu hari nanti bisa berkunjung ke sana..
LikeLike
hehehe, yuk. April! *kedip2*
LikeLike
Aku buka dari bb nih.. Aku ga bisa denger lagunya. Btw, satu lirik kok bisa ada 2 terjemahan?
opa.. Eh.. Om.. Eh.. Mas Brad, kalo lagi sendiri, hati2 buka youtubenya. Iseng2 ntar buka yang enggak2.. Eh… 😀
LikeLike
yah tunggu sampe di laptop kalo gitu dengernya ya. hehe. soal terjemahan saya sendiri gak tau kenapa bisa sampe ada 2 versi begitu
LikeLike
Itu bukan 2 versi, tapi lanjutan dari liriknya, karna satu kata dari bahasa tanah maluku bisa sama dengan 2-3 kata dari bahasa indonesia
LikeLike
Saya cuma tidak ingin perpecahan lagi di negeri ini.
LikeLike
Amin 😀
LikeLike
One body with Cahya. No more conflict, please. Aamiin 🙂
LikeLike
makasih 🙂
LikeLike
woohh sy suka lagu2 daerah maluku… waktu SMP sy paling banyak hapal lagu daerah Maluku dibanding daerah lainnya, sekarang masih hapal beberapa. ayo ke Maluku 😀
LikeLike
wehehehehe lagu apa yg dihafal itu bro?
LikeLike
Maluku adalah sahabat kita, meski tadi bersabar loading lagunya karena internet masih slow motion, maka mendengar bentuk percusinya sungguh enak. Maluku yess…smoga bisa juga berkunjung ke sana ya….:D
LikeLike
dengerin MP3nya aja, gak begitu berat kan loadingnya?
LikeLike
beruntung tak bermasalah dengan koneksi, jadi bisa langsung nonton
dan emang keren 🙂 khususnya dirijennya tuh hehehe
april? saya udah beli tiket ke bali, jadi ga bisa ke Maluku deh 😛
LikeLike
ecieee second honeymoon ya 😀
LikeLike
OMG lagu tradisional Indonesia asal Maluku yang eksotis…punya makna lirik yang sangat dalam mengenai persudaraan suku Maluku,ditambah lagi dinyanyikan oleh Choir yang sangat semangat,bahkan saya lihat bangga menyanyikan lagu ini,sampai ada yang melompat 😀 Bisa jadi Choir Nijmegen ini keturunan Maluku berkewarganegaraan Holland….
Gara-gara artikel ini,saya jadi punya ide ngumpulin lagu-lagu klasik tradisional Indonesia di blog, Terima kasih membagi kisah lagu ini,menambah wawasan musik saya 😀
LikeLike
memang lagu ini sangat dalam artinya, dan tampaknya choir itu merepresentasikannya dengan baik.
ditunggu gebrakannya dalam melestarikan lagu2 tradisional Indonesia. Ada banyak loh yang bikin merinding 🙂
LikeLike
Kalau bikin merinding..serem dong..hehehe,yang menggetarkan hati aja deh..
LikeLike
nice 😀
LikeLike
Wow.. ada postingan begini. keren Om Brad. Oh ya, foto diatas itu Cakalele dari Maluku utara (Ternate) agak beda kostumnya dengan yang di Maluku tengah.
Coba bantu menjawab pertanyaan: kenapa sampai ada dua translasi dari lagu tersebut.
Pada dasarnya, Bahasa Alifuru(Bahasa Asli Maluku Tengah) ada 2 jenis: Wemale dan Alune, maka dari itu tidak bisa dipungkiri bisa terjadi dua versi translasi.
nah, sebenarnya lagu inipun ada berbagai macam versi. Masing-masing kampung di Maluku tengah (pulau Seram) punya versi sendiri – sendiri.
Ada juga yang liriknya berbunyi:
“HENA MASA WAYA WAIYA LETE NUNUSAKU O
YURI TASI BEA SALA NE KOTIKA O
A OLEH RUMA O RUMA SINGGI SOPA O
O PAUNE ITE KIBI RATU HIRA ROLI O ”
Bahkan ada beberapa teman dari kampung lain yang coba menyanggah kebenaran dari translasi di atas (dari blog Yosmina). Katanya ada kesalahan penafsiran lirik.
lagu Hena Masa Waya yang ASLI seperti apa juga Saya belum tahu darimana asalnya.
Fiuhh… dankje banay Om Brad.. maaf su tulis bnya2 di sini.hehe
LikeLike
First, thanks atas komentar soal fotonya. Baru tau kalau ada sedikit perbedaan kostum Cakalele. Ya tak apalah, mereka kan Maluku juga. 😀
Soal translasi, ini pembelajaran baru lagi. Yang saya ingin tekankan adalah jangan si Yosmina yg disanggah, karena dia pun katanya ketemu terjemahan itu setelah nyari2 di internet.
Simpang-siur soal terjemahan ini bisa jadi fenomena umum di Indonesia di mana suatu bahasa yang sudah punah tidak terdokumentasi dengan baik sehingga tidak ada yg sanggup melakukan verifikasi atas terjemahan itu. Nah mumpung beberapa Bahasa Tana, khususnya di negeri2 Islam, masih lestari, kita harus bergerak cepat mendokumentasikannya sebab kepunahan bahasa memang alami sifatnya.
LikeLike
Ia Om Brad, ini juga cuma dengar – dengar saja dari teman-teman lain yang ‘protes’ soal translasi di atas (maksudnya yang dari blog Usi Yosmina). Beta juga kurang mengerti kebenarannya bagaimana. hehe. Tapi syukurlah, lagu dan bahasa ini masih tetap bertahan sampai sekarang.
Bahasa Tana ini masih terdokumentasi Om Brad, kebetulan Beta punya kamusnya yang (Alune) kalau yang Wemale ada juga, cuman belum sempat dicopy. hehe. Untunglah ada orang – orang dari Dinas Kebudayaan Maluku juga yang sudah mendokumentasikan dalam bentuk buku.
Untuk penggunaan Lisan, bahasa Wemale – Alune masih cukup banyak digunakan di kampung – kampung di Seram.
(Sumber: Teman yang kebetulan orang Seram dan Sering pulang ke Seram, dan cukup fasih bahasa Alune)
LikeLike
wow, terima kasih atas tambahan pengetahuannya 😀
LikeLike
Untung ada terjemahannya jadi tahu sedikit artinya..
Oiya Youtube bagus ya sebagai dokumentasi, siapa tahu nanti lagu Hena Masa Waya ini diaku-akui sama Malaysia..
LikeLike
hahaha iya betul juga ya 😀
LikeLike
dulu saya merasa mendnegarkan lagu daerah itu terasa out of date. maklum saja, pemikiran budaya hedon tanpa bisa memfilternya. sekarang saya justru menikmati alunan lagu papua, bugis, dan beragam lagu daerah lainnya. tetap abadi kapanpun. apalagi ketika ikut choir dan menyanyikan lagu Sayangkane dari Maluku. menakjubkan!
LikeLike
aihh lagu Sayangkene memang top. thanks for sharing ya kakakk 🙂
LikeLike
Makin kagum dengan kekayaan negeri ini
Makin takjub dengan budaya yang unik dari bagian timur negeri ini
Makin pingin jalan-jalan ke sana huhuhu
Brad tanggung jawab!!! Minta tiket plus akomodasi ke sana!!! #semena2
LikeLike
hahahaha, gue minta tiket plus akomodasi ke Palembang aja dulu gimana?! 😉
LikeLike
hm, satu hal lagi yang tidak boleh kita lupa akan warisan kebudayaan nenek moyang kita..
belum kesampaian mau merantau ke penjuru tanah air gann..
haha,
salam kenal gan. 🙂
LikeLike
Amiin semoga kesampaian ya 😀
LikeLike
Baru pas Blogger Nusantara tahu, kalau sampeyan asli Maluku 😀
LikeLike
selama ini lo kira gw asli mana? hehe
LikeLike
asli Bawean 😀
LikeLike
hahahhaa
LikeLike
Gw ambon kart tp gw skrg tgl d ambon pas tmn gw nyanyi lagu itu gw penasaran,krn d jkt gw gak pernah dgr org ambon nyanyi atau ngomong pk bhs tana..nah pas gw d ambon gw br dgr ternyata seru jg…emank bener bhs Tana yg msh sk pk d Kampung Muslim utk d kampung Kristen udah jarang…eehh gw jg dpt Lirik lagu nya nih
Lirik Hena Masa Waya oleh Nanaku
Hena masa waja
Letehoeniemoea o..
Joeri tasibea
Salane kotika o..
Hena masa waja
Letehoeniehoea o..
Joeri tasibea
Salane kotika o..
A oleh roema e..
Roema singgi sepa e…
E.. paoene.. ite.. kibi ratoe
Hira roli o…
Hena masa waja
Letehoeniemoea o..
Hena masa waja
Letehoeniemoea o..
Hena masa waja
Letehoeniemoea o..
LikeLike
Both translation is complete “wrong”!!!
Only the real insiders,and several villages on Ambon and Haruku now aboud this hymne
now this.
There is only one village in the Malukku archipel with the name “Hoenimoea” thats the nama asli from Waai…..the historical name of Waai = Hoenimoea Risinai =hoenimoea-mountainous area between the villages Waai and Liang nusa Ambon and Risinai=united a bond from villigas.
Most people sings this song without knowing the text…..
Hena=village , Masa=the history , Waija =inhabitants of Waai. (Waij a the last “a” =manusia
from wikipedia : Kerejaan Tanah Hitu………Lane atau Kapatah (Sastra bertutur) dari klen Hunut dalam bahasa Hitu yang masih hidup sampai sekarang yang menyatakan dibawah perintah Latu Hitu (Raja Hitu):
yami he’i lete, hei lete hunut – o
yami he’i lete, hei lete hunut – o
aman-e hahu’e, aman-e hahu’e,-o
aman-e hahu’e, aman-e hahu’e,-o
yami le di bawah pelu-a tanah hitu-o
yami le di bawah pelu-a tanah hitu-o
waai-ya na silawa lete huni mua-o
waai-ya na silawa lete huni mua-o
suli na silai salane kutika-o
suli na silai salane kutika-o
awal le e jadi lete elia paunusa-o”
awal le e jadi lete elia paunusa-o”
Artinya :
Kami dari Hunut, Kami dari Hunut
Kami dari Hunut, Kami dari Hunut
Negeri kami sudah kosong, Negeri kami sudah kosong,
Negeri kami sudah kosong, Negeri kami sudah kosong,
Kami dibawah Perintah Pengganti Kami ( Raja) Tanah Hitu
Kami dibawah Perintah Pengganti Kami ( Raja) Tanah Hitu
Orang Waai sudah Lari Pergi Ke Hunimua
Orang Waai sudah Lari Pergi Ke Hunimua
Orang Suli Sampai Sekarang Belum datang bergabung
Orang Suli Sampai Sekarang Belum datang bergabung
Kejadian ini terjadi pertama di gunung Elia Paunussa
Kejadian ini terjadi pertama di gunung Elia Paunussa
Thank you ….
LikeLike
Hormate..Lagu Hena Masa Waiya Loto Hunimua o..itu lagu dari kultur budaya adat Hatuhaha..sebagian orang banyak yg keliru mengartikannya. .saya akan menjelaskan sedikit bagi kita biar tdk salah mengartikannya..Henamasa Waiya Loto Hunimua o..
Jaman Dulu Waii itu ada diHunimua..(cerita negeri Waai pada jaman dulu) semua lirik lagu dapat saya artikan karena kami tahu dan mngerti artinya dari bahasa yg ada pada lirik. .mungkin sekedar utk kita semua tahu dan tidak perlu saya jelaskan disini. .Salam hormat basudara samua
LikeLike
Hena Masa Waya. maaf saya coba koreksi dikit. khususnya kata Hena masa waya. yang saya tau kata itu bunyinya HENAMASA WAAI AA… dalam bahasa Hatuhaha henamasa=kemarin dan waai aa=orang waai. ini salah satu Lani dari hatuhaha yang mengisahkan tentang orang waai awal yang berdomisili di Hunimua (pantai liang) sebelum mereka pindah ke tempat mereka yang sekarang di desa waai… mengenai bunyi dan makna yang tersirat dalam lagu/lani ini, masih terekam denga rapih dan baik dalam benak orang2 tua yang tinggal di Hatuhaha…. maaf tidak bermaksud menyinggung siapapun….
Wassalam….
LikeLike