Jika Aku Pindah Kota

Topik menarik kembali muncul di Daily Post beberapa hari yang lalu, ‘What Would It Take to Get You to Move?’; atau apa yang harus ada agar Anda mau pindah kota?! Seumur-umur saya belum pernah pindah ke kota lain untuk bekerja ya, semua berkutat dan berputar di Jakarta dan sekitarnya. Paling-paling tinggal di luar kota maksimal 1 bulan untuk pekerjaan, sesudah itu kembali lagi. Saya memandang kehidupan warga di kota lain dari kacamata warga Jakarta; hanya sisi unik dan menarik yang nampak sementara realita kehidupan jarang teramati. Memang itulah impresi yang didapat jika kita berkunjung ke sebuah daerah sebagai traveller, hanya sisi manis yang membuat kita selalu mengenang daerah tersebut dengan rasa rindu. Sementara itu jika kita berkunjung ke sana sebagai explorer, tinggal di sana beberapa waktu dan bergaul akrab dengan masyarakat lokal serta emosi kita larut dalam dinamika pemikiran setempat, maka ketiga macam perasaan yang lazim keluar pada masa adaptasi akan kita alami sebagai berikut:

‘Bulan Madu’: di mana segala sesuatu yang ada di daerah itu tampak manis dan romantis. Biasanya berlangsung 1-2 bulan pertama saja.

‘Neraka Dunia’: kita membenci segala sesuatu yang ada di daerah itu dan ingin cepat-cepat pergi dari sana. Emosi kita akan tambah naik apabila kita tidak bisa keluar juga oleh karena tuntutan studi, keluarga, dan pekerjaan. Fase ini bisa berlangsung selama 3-6 bulan.

‘Berdamai dengan Situasi’: kita telah merasakan baik-buruknya hidup di daerah tersebut dan semakin imbang dalam memahami situasi. Yang baik tidak selamanya indah dan yang buruk ternyata tidak terlalu jelek juga. Setelah kita dapat survive di daerah itu, fase ini akan lebih permanen durasinya.

Jadi kembali ke topik awal, bagaimana jika saya diminta pindah kota? Apa saja syarat-syaratnya?

Yang pertama tentunya kepastian pekerjaan. Saya tidak mau pindah ke sebuah kota terus mulai mencari pekerjaan dari nol di sana. Inginnya sih semua sudah siap sejak dari Jakarta. Lebih sip lagi kalau standar gajinya mengikuti Jakarta sementara biaya hidup di sana hanya setengahnya. 😀

Yang kedua dan juga penting adalah kepastian tempat tinggal. Tinggal di hotel selama 1 bulan?! No way. Paling tahan seminggu setelah itu saya harus mendapat tempat tinggal. Tentu maunya yang layak dengan harga murah. 😀 Lokasi juga harus baik meski tidak mesti strategis, yang penting sarana transportasi tersedia.

Kepastian koneksi internet. Stupid?! Tell me about it. Tapi coba bayangkan, kita pindah ke kota baru sementara belum mengenal seorang pun di sana, alangkah sepinya pergaulan kita. Jadi untuk sementara kita akan bergantung pada internet untuk keep in touch dengan teman-teman dan alangkah nelangsa-nya bila koneksi internetnya juga dodol.

Apa lagi ya? Mungkin kalau bisa jarak dengan Jakarta tidak terlalu jauh, kalau mesti naik pesawat ya tiketnya jangan mahal-mahal serta frekuensi ke Jakarta banyak. Lalu hari-hari bisa belok ke pantai, naik sepeda ke gunung, lalu ada sederetan mall dan kafe serta bioskop, dan tidak macet. Is it too much to ask?!

Kalau Anda bagaimana? Kira-kira syarat apa saja yang harus dipenuhi jika harus pindah kota? Bagi yang sudah berkeluarga tentunya pertimbangannya lebih kompleks lagi ya.

Terakhir, selamat untuk Rusa Bawean yang telah lulus kuliah dengan nilai memuaskan. Dari gosip yang beredar, beliau katanya banyak mendapat tawaran pindah ke Jakarta. 😀

===

Sumber gambar: mylifethinking.com

38 thoughts on “Jika Aku Pindah Kota

  1. Saya sudah berkali2 pindah kota hingga ke negeri modern semacam abu dhabi, dan yg saya rasakan tidak ada tempat yang lebih indah dari kampung kelahiran saya: Sempangnge, Wajo Sulsel. Meski sangat sederhana fasilitasnya, tp ribuan dentam rindu selalu memanggil saya pulang ke sana. Tak mengapa tiada koneksi internet, asal ada koneksi spiritual dgn lingkungannya…

    Like

  2. saya pernah tinggal (lumayan) lama di Jakarta,ndak betah dan balik lagi
    sampe sekarang belum pindah2 lagi
    tapi, Insya Allah di usia tua nanti saya mau pindah ke sebuah kota yang tenang, jauh dari keramaian..

    Wonosobo, Kebumen, Salatiga, Ungaran, atau mungkin Jogja

    Like

  3. hmm.. sebenarnya aku pengennya bermukim di Bogor dan Palembang. Bolak Balik.

    Sebenarnya saat ini udah ideal yg dibogornya tapi masih rumah orangtua 😦

    Dekat tol, pinggiran, akses ke pusat kota. Suasana hijau..

    Like

  4. Aku belum pernah kerja pindah kota. Paling lama di Kupang selama 1 bulan dan itu bikin ketagihan dan merasa Kupang adalah kotaku juga 🙂

    Like

  5. palopo, makassar, surabaya, jakarta masing2 memberikan kesan berarti buat saya…
    mau pindah kota? pasti kota2 yg lain memberikan kesan tersendiri pula 🙂
    tapi keinginan dalam waktu dekat pengen di kota kelahiran 🙂 hihi

    Like

  6. saya baru ngerasain pindahan sekali, dari bekasi ke depok, dan itu luar biasa menarik…
    menarik karena dapat teman-teman baru, menarik karena lebih adem udaranya :P, menarik karena memang banyak yang menarik di sini #eh #teteup 😀

    Like

  7. klo saya sudah hampir 24 tahun berada di banyuwangi dan kadang kepingin pindah ke jember atau surabaya yang kota na lebih berkembang pesat…tapi apa dikata harus tetap di banyuwangi untuk menemani ayah ibu ku yang sudah tua, karena ke dua kakak ku betah berada di jakarta dan genteng 🙂

    Like

  8. BTW makasih kakak ucapannya 🙂

    *hmmm kasih tau gak yahhh*
    bukan tawaran sih, tapi lebih banyak yg minta pindah ke Jakarta *eh *aduh *eaaa

    Like

  9. udah pindah 2 kali, Tambelan dan Jakarta. Jakarta sih enak dengan segala fasilitas dan kedekatannya dengan informasi, koneksi, apalagi swags hahaha.
    Tapi somehow, tetap pengen kembali ke Makassar someday kalo bener2 udah mapan, dan melanjutkan hidup di sana hihi..

    Like

  10. koneksi internet…. ini yang saya rasakan saat ngekos sebulan di kediri, gak bisa konek inet karena wifi lemot, paling bisa kewarnet tapi gak seru bermalaman diwarnet.heee…. bisa2 kantong jebol….. maklum anak kosan

    Like

Leave a comment