Next Project: Menulis Buku?

Setelah kemarin ‘menikmati’ sharing dari teman-teman tentang buku yang inspiratif, secuil kutipan mengemuka dari salah satu komentar: “Menulislah, karena dia akan abadi” (Pramoedya Ananta Toer). Baris kutipan ini seolah membuka dimensi lain dari buku yang belum pernah saya sentuh dan bahkan pikirkan sekalipun: MENULIS. Selama ini tulisan saya tercecer di beberapa blog meski sempat saya berusaha untuk menyatukannya (sila cek blog lama saya di Ambon Kaart), atau sekadar curhat yang banyak dituliskan di buku harian sejak SD yang sekarang sudah hilang semua. Dan sekarang saya paling aktif menulis di sini, di rumah maya yang telah saya pelihara beberapa lama.

Namun tidak untuk menulis buku. Itu adalah dunia lain yang belum pernah dijamah dan mempunyai pakemnya sendiri. Saya percaya bahwa menulis buku adalah proses yang sangat kompleks karena kita harus bekerja sama dengan orang lain agar tulisan kita dapat dibaca orang. Mulai dari mencari penerbit, percetakan, pemasaran, sampai berurusan dengan penggemar kalau buku kita sukses; menulis secara online di blog tampak hanya seujung kukunya.

Nah, saya coba menimbang-nimbang dululah apakah saya mampu menulis buku. Berikut beberapa poin pertimbangan yang saya pikirkan sendiri secara awam dan belum membaca referensi mana pun. Dengan demikian saya membuka diri untuk segala saran dan masukan.

1. Mau Menulis Apa?

Apakah kumpulan puisi? Novel? Atau sesuatu yang lebih ‘serius’? Sebenarnya impian saya adalah menulis novel populer yang tidak hanya mudah dicerna namun dapat mengangkat topik yang jarang dibicarakan di Indonesia; topik itu dapat berupa potongan budaya. Sekadar menyegarkan ingatan, saya hampir tidak pernah menulis prosa sehingga meski sudah dipaksa-paksa mengikuti kontes prosa yang diadakan CeritaEka tahun lalu, niat itu tidak pernah kesampaian. Hingga akhirnya saya memberanikan diri menulis dua buah cerita bersambung (di sini dan di sini) yang saya belum merasa puas dengan hasilnya. Sepertinya seru juga kalau saya menulis novel tentang ‘benturan budaya’ seperti yang ada di cerbung itu.

2. Langkah Berikutnya Apa?

Ya langsung menulislah! Eh, tapi gak bisa langsung gitu ya?! Berarti saya harus menentukan tokoh-tokohnya dulu dong. Bagaimana dengan jalan cerita, apakah harus langsung ditetapkan dari awal? Konflik apa saja yang akan dibangun? Atau saya harus membangun setting yang kuat dulu? Urutannya seperti apa?

Damn, benar-benar blank dalam soal ini. Ada masukan?

3. Menentukan segmen pembaca

Aduh, apa jangan-jangan hal ini harus ditentukan di awal? Namun sepertinya saya tidak akan berorientasi pada pasar remaja deh, rasanya tidak ada kemampuan bahasa yang cukup untuk bertutur dengan gaya mereka. Mungkin sasaran terbaik adalah pembaca usia dewasa (paling tidak mahasiswa ke atas) sehingga dapat menimbang segala sisi dengan lebih objektif; terlebih lagi bila saya mengangkat persoalan dua budaya yang berbeda.

4. Publikasi – Promosi

Nah, kalau ini sudah di luar proses kreatif. Saya harus mengontak penerbit untuk menawarkan naskah. Jika layak, ya dapat diterbitkan. Urusan hitung-hitungan bisnisnya juga mesti dipikirkan dan saya sama sekali belum ada pengalaman soal ini. Namun sekarang urusan menerbitkan buku nampaknya lebih sederhana; ada dua badan penerbit yang bersedia menampung naskah kita dan menerbitkannya dengan proses yang dipangkas dari segi pemasaran, yakni dengan memasarkannya secara online. Untuk tahap awal saya bisa mencoba cara ini.

***

Ya, saya paham bahwa pemikiran ini masih sangat kasar dan belum terstruktur. Oleh karena itu saya membuka ruang seluas-luasnya bagi teman-teman untuk memberi saran. Meski demikian yang paling membuat ragu adalah apakah saya mampu mengembangkan cerita hingga puluhan bahkan ratusan halaman namun jelas alurnya dan tidak membuat bosan. Demikian, so help me God. 😀

===

Sumber gambar: cartoonstock.com

74 thoughts on “Next Project: Menulis Buku?

  1. hehe saama oom aq juga pengen nulis, bukan karena “latah” tapi memang pengen. bukan karena ga ada ide tp lbh ke arah cara penyampaian, alur, dan penokohan :p
    #halah
    so…klo berdoa doain aq juga ya om biar bisa bikin buku hehe

    Like

  2. Saya pernah membaca dari seorang penulis yang punya blog (sayangnya saya lupa nama blognya), kalau buku kumpulan puisi adalah yang paling kecil profitnya. Dia tulis lengkap tuh hitung-hitungannya berapa yang akan didapat dari menulis buku puisi, novel dan menulis di surat kabar.

    Ya, kalau memang menulis untuk dijadikan profesi, memang harus dihitung sampai ke sana. Beda jika hanya sekedar mendokumentasikan hidup saja. Saya pikir, blog sudah bisa mengakomodir itu. 🙂

    Like

  3. Mantap. Saya mendoakan semoga buku pertanma Om Brad segera meluncur…amin.

    Btw, mesti di cam kan Menulis Menerbitkan Buku itu bukan tujuan akhir. Tapi Buku itu Dibaca dan bermanfaat buat pembaca nya lah, tujuan buku diterbitkan. (Tweet saya ketika membaca TL seorang ‘perintis sekolah penulis buku ol’ yg kesannya kok menerbitkan buku itu tujuan akhir 😦

    Like

  4. asyiikk…mo nulis buku ya om?
    sok lah, nanti saya diajari ya, soalnya kepengin juga sih, tapi satu2 cerpen yang saya tulis dan terbit cuma di koran daerah xixixi .. tapi waktu itu saya malu klo sampai ketahuan itu tulisan saya, jadi pake nama samaran deh hahahaha

    Like

      1. koran daerah ku sana lah,
        mesti ku cari2 lagi
        ato plg gampang minta ke redaksinya pasti ada kali *pede* hahahaha

        whattttttt? Posting di blog? No Way! Bisa mati duduk lah saking malunya. Tapi ya Om, beneran deh, emang paling enak deh nulis fiksi, enaknya biar itu pengalaman pribadi, bilang fiksi ya orang percaya aja huahahaha … lagian ga ada istimewanya tulisan itu, cerita cinta2 biasa xixixi *asli geli deh klo inget alur ceritanya garing abisss*

        Like

  5. kalo saya sih blum bisa memberikan pendapat apa2 opa, blum pernah nerbitin buku. Tapi kalo mau enaknya sih ngalir dulu.. Sebenarnya tulisan yang mengalir begitu saja tanpa target itu malah lebih berkesan menarik.
    Ketimbang harus memikirkan ini itunya 😀

    Seorang penulis buku fiksi (CMIIW) rata2 buku pertamanya yg menarik, selanjutnya? hmm.. menjadi biasa-biasa saja karena telah dikejar target. Tapi beda sih tiap penulis, kalo penulis kaliber sih menulis itu menerbitkan beberapa buku pun pasti akan tetap laku 😀

    Oh iya, coba dicek tulisan-tulisan opa di blog ini, ada tidak yg mirip atau satu tema, ketika sudah ada yg satu tema, tersegmented bisa jadi sebuah buku lho opa 😀 tak mesti banyak, selanjutnya bisa ditambahkan tulisan-tulisan baru yg satu tema.

    *duh saya kan bukan penulis, sok ah* hahaha
    *ngowek ngeblog di kolom komentarnya opa*

    Like

    1. betul juga. tapi saya pikir tiap orang punya ritme beda-beda. saya gak memandang remeh orang yg ingin santai kok. cuma saya merasa perlu memacu diri lebih keras lagi hingga bisa terbitkan buku, meski belum kekeuh juga pasang target kapan 😀

      makasih atas sarannya bro. saya akan coba ubek2 lagi tulisan lama di blog ini 😀

      Like

      1. Xpe.. Itukan satu motivasi.. Lagipun rakan2 ramai yang memberi sokongan untuk brad tulis novel.. Mesti nanti ramai peminat termasuk saya dari Malaysia.. 🙂

        Like

  6. huaaa..maaf baru sempat mampir sini lagih..

    kalo buku sih Alhamdulillah udah pernah ikutan 2 kompilasi buku sama teman2, dan sekarang sedang mempersiapkan project menulis buku bersama istri 😀

    dan oh ya, kalo mau nerbitin buku jangan lupa kontek saya utk desain sampulnya ya..haratiss !!

    hihihi

    Like

  7. Klo buat cari duit sih ok ok aja opa… klo menurut saya sih, menulis buku itu buat manfaat pembaca.. jadi bukan sekedar tulisan dan cerita.. tapi isi pesan yang di dapat dari sebuah buku yang penting..hihih IMHO sih… 😀

    Like

  8. eh udah digamparin juga ga nongol2 ya orangnya?
    apa gara2 lagu terlenanya ikke nurjanah bikin dia gini?
    atoo……. lagi buku kah dia? xixixixi

    woiii banguuuunnnn……. jgn tidur mulu, makin ndut lho tar 😛

    neng alexa-nya juga menggendut tuh LOL LOL

    Like

Leave a comment