Public Diplomacy 2.0: AS Memanfaatkan Blogger?!

Hari ini para netizens Indonesia menyoroti isu baru yang merebak melalui situs berita detik.com mengenai  kawat Kedubes AS di Jakarta yang dibocorkan di situs Wikileaks. Isi kawatnya: Amerika memanfaatkan para blogger Indonesia untuk kepentingan AS.

Sebelum saya berkomentar lebih lanjut, silahkan baca dulu beritanya di sini. Sedangkan kutipan kawat yang dibocorkan Wikileaks tersebut dipublikasikan oleh situs berita Guardian yang dapat Anda baca selengkapnya di sini.

Judul dan isi beritanya memang sangat menghebohkan. Bagaimana pandangan Anda?

Harus saya akui bahwa saya cukup tercengang membaca kawat tersebut. Inti pesan tersebut adalah permohonan dana tambahan dari Kedubes AS di Jakarta kepada Washington sebesar US$ 100.000,00 (seratus ribu dollar). Dana tersebut akan digunakan untuk menggaungkan kebijakan pemerintah AS di Indonesia melalui social media. Target yang dibidik adalah meningkatkan jumlah fan dari halaman Facebook Kedubes AS Jakarta menjadi 1 juta orang dalam jangka waktu 30 hari, menjadi sponsor “Golden Ticket” yang akan mengirimkan para pemenang kontes untuk berkunjung ke Amerika, dan bekerja sama dengan sebuah digital marketing agency lokal untuk menyusun strategi pemanfaatan social media.

Kawat ini dikirimkan awal tahun 2010 lalu ketika Presiden Obama berencana mengunjungi Jakarta pada bulan Maret 2010. Tentunya kita tidak mengetahui balasan kawat tersebut, namun kalau kita mengamati fan page US Embassy Jakarta saat ini, jumlah penggemarnya mencapai 303.147 orang; jauh dari target 1 juta orang yang disebutkan di kawat itu. Kemudian program “Golden Ticket” telah sukses diselenggarakan bekerja sama dengan sebuah televisi swasta dan telah mengirimkan 3(?) orang pemenang ke Amerika Serikat. Mengenai kerja sama dengan perusahaan pemasaran digital lokal, saya bisa menebak kira-kira perusahaan mana yang dimaksud. 😀

Sudah dapat ditebak, sebagian warga Indonesia terutama blogger pasti akan bersuara menanggapi pemberitaan ini. Bahkan ada yang jelas-jelas menyatakan statusnya di twitter bahwa ia bukan blogger garapan dan sesungguhnya masih perawan! 😀 Sebagian lainnya dengan bijak meminta @usembassyjakarta mengklarifikasi pemberitaan tersebut. Karena berita ini baru saja dipublikasikan, tentu isu ini akan bergaung dan beragam tanggapan akan muncul selama beberapa jam ke depan. Namun menilik semua ini, saya dapat mengambil beberapa kesimpulan awal.

Public Diplomacy 2.0

Berdasarkan definisi sederhana yang dijabarkan oleh Wikipedia, Public Diplomacy adalah aktivitas menjalin komunikasi dengan publik di negara asing yang dirancang untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi publik. Sedangkan Public Diplomacy 2.0 merupakan evolusi dalam metode yakni dengan menggunakan internet dan social media. Terus terang saya melihat bahwa ini adalah cara yang cerdas dan tepat momentum bagi Kedubes AS dalam strategi humasnya. Pengguna internet Indonesia yang persentasenya masih sedikit (10% menurut kawat tersebut) mengalami perkembangan yang sangat cepat dan secara kualitas telah menjadi kekuatan politik berpengaruh yang baru. Sudah tidak asing lagi kalau sebuah gerakan di internet dapat memiliki implikasi luas bagi perusahaan dan kebijakan pemerintah.

Bahwa Public Diplomacy 2.0 tentu memerlukan dana besar bila ingin dijalankan dengan serius. Itulah inti kawat itu sebenarnya: meminta dana tambahan dengan segera mengingat momentum yang sangat krusial pada waktu itu, yakni rencana kedatangan Presiden AS ke Indonesia.

Kepentingan AS

Bahasa yang digunakan dalam kawat tersebut bisa jadi meresahkan bagi orang yang tidak terbiasa dengan jargon-jargon politik yang digunakan Amerika dalam kebijakan luar negerinya. Namun sesungguhnya jika kita menelaah lagi kebijakan politik luar negeri AS di dunia, kepentingan-kepentingan seperti ini sudah sangat sering disuarakan dan tidak ada yang sama sekali baru.

Memanfaatkan Blogger Indonesia

Yang patut digarisbawahi: siapakah blogger Indonesia? Blogger tidak tergabung dalam sebuah organisasi yang bersifat nasional sehingga tidak ada yang tepat disebut sebagai wakil blogger Indonesia. Coba kita periksa kembali isi kawat tersebut yang intinya mengajukan permohonan dana terhadap tiga poin yang telah saya sebutkan di atas. Istilah ‘memanfaatkan blogger’ bagi saya adalah judul sensasional yang diangan-angankan oleh detikcom yang terlalu dini. Jika yang dimaksud oleh detikcom dengan blogger Indonesia itu adalah Pesta Blogger 2010, maka memang kita telah saksikan bahwa Kedubes AS menjadi salah satu sponsor utama dalam acara tersebut. Namun silahkan Anda mengecek pada rekan-rekan Maverick dan juga Rara sebagai chairperson PB2010; tanyakan pada mereka apakah merasa ditunggangi oleh AS?! Yang saya perhatikan: sesungguhnya ada dua kepentingan yang bertemu di sini: Kedubes AS yang hendak menggaungkan kebijakannya, dan Pesta Blogger yang mencari sponsor. Hasilnya adalah sebuah kesepakatan kerja sama bisnis yang setara.

Pandangan Terhadap Pendekatan AS di Indonesia

Menurut saya, sah-sah saja bila Kedubes AS menjalankan strategi PR-nya dengan melakukan pendekatan terhadap netizen Indonesia. Kalau kita bersedia melihat konteks lain, sebenarnya Indonesia pun menjalankan Public Diplomacy yang sistematis melalui berbagai pendekatan budaya seperti pengiriman misi kesenian, promosi pariwisata, sosialisasi Komunitas ASEAN, dan berbagai misi lain. Meski diakui saya belum pernah mendengar ada KBRI di luar negeri mengadakan event khusus bagi para netizen asing, bukan berarti Kemlu RI tidak memiliki visi yang sama.

Saya sendiri merasa telah menggunakan filter pemikiran yang baik ketika datang ke acara Pesta Blogger dan berkunjung ke stand Kedubes AS namun itu tidak serta-merta boleh dilihat sebagai dukungan terhadap AS. Kebijakan yang mereka sosialisasikan di acara tersebut boleh saja kita dengarkan, akan tetapi kita pun harus memanfaatkan informasi tersebut demi kepentingan nasional kita. Wajar saja bila kita memperlakukan Kedubes AS di Pesta Blogger layaknya sponsor biasa: mereka menyediakan dana bagi kita, namun urusan memakai produk mereka itu kembali pada pilihan individu. Lalu, apa masalahnya?!

Pada akhirnya, saya berpendapat bahwa inti kawat yang bocor ini telah digunakan oleh detikcom untuk menghembus isu lain, yaitu pemanfaatan blogger Indonesia melalui judul beritanya. Padahal nyatanya, blogger hanya disebut-sebut sebagai latar belakang  perkembangan dunia internet di Indonesia dan pengajuan dana tersebut. Sudah bisa ditebak keuntungan yang dapat diraih: hits detikcom melonjak, iklan-iklan dilihat, dan semua senang. 😀

UPDATE:

Bantahan Chairperson Pesta Blogger 2010 terhadap pemberitaan detikcom:

http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2011/01/20/brk,20110120-307665,id.html

===

Sumber gambar: tdwclub.com

56 thoughts on “Public Diplomacy 2.0: AS Memanfaatkan Blogger?!

  1. Ini bikin kita kaget.. entah, ternyata di balik semua keriuh riahan publikasi tentang dokumen-dokumen wikileak. Blogger-blogger Indonesia hanya di manfaatkan 😀 entahlah.. hhiihi

    Like

  2. Judul yang bombasti seperti ini bisa saja pada ujungnya nanti mendiskreditkan beberapa pihak, terutama panitia dan pelaksana PB yang dari tahun ke tahun selalu disponsori dengan tetap oleh US Embassy

    tulisan Opa Brad saya kira bisa jadi counter untuk persepsi miring yang mungkin akan timbul.

    makasih Opa..:D

    Like

    1. yah. jangan sampai juga gara2 berita ini trus PB jadi kekurangan sponsor kan. terlepas dari segala kontroversi yg ada tentang PB, kita butuh hiburan setahun sekali, bukan?! 😀

      Like

  3. @Anbhar : oh iyya..saya jadi ingat pertanyaan seorang wartawan pada PB mini di Makassar. dia nanya ke saya : untuk apa orang Amerika itu datang ?
    saya jawab : mereka sponsor PB2010, bahkan PB sebelumnya juga

    cuma itu..tapi saya melihat ada nada aneh dalam pertanyaan si wartawan

    Like

  4. wah kesannya kok berlebihan ya..
    tapi sebenarnya semua saling memanfaatkan sih, jadi bisa saja kalo judul berita detiknya dibalik; Blogger memanfaatkan public diplomacy US.. hayooo…?? dan nyatanya blogger emang manfaatin, dengan elegan tentunya… 😀

    Like

    1. semua memang saling memanfaatkan kok. tapi kalau untuk kebaikan bersama kenapa tidak. urusan kita kemudian mengikuti atau menentang pesan yang orang lain bawa, ya terserah masing-masing lah 🙂

      Like

  5. Saya sih gak terlalu kaget. Blogger adalah sosok2 yang memiliki media tuk mempublikasikan ide dan gagasannya. Dan ide serta gagasan blogger bisa dibaca banyak orang. Ketika kepentingan Amerika bisa disampaikan juga oleh blogger di Indonesia maka hasilnya kan jauh lebih efektif.

    Yang pasti kita ketahui, blogger di negeri ini juga bukanlah blogger yang tak punya prinsip dan pemahaman yang baik. Jika hal-hal itu memang dipandang akan merusak kedaulatan maka blogger pun akan ngeh dan tak terjebak. Jika tak ada masalah maka tak akan mempermasalahkan.

    Oh ya, jika berkenan berkunjungnya ke http://cucuharis.wordpress.com/2011/01/20/fiksi-berbuah-tanya/ karena masih anget 😀

    Like

  6. siapa yang membodohi siapa?

    bukannya emang sudah begitu jamannya om?

    dijajah bangsa sendiri?
    dibodohi bangsa sendiri?

    nah tinggal yang dijajah mau ga? dibodohi mau ga?

    Like

  7. Mari bersama kita tingkatkan hits dan impresi iklan detik.com untuk kemajuan bangsa dan negara. Halah… 😆

    Asal jgn nanti dimanfaatkan/digiring (perlahan2) supaya blogger2 Indonesia cuma nulis yg ‘manis2’ ttg AS aja…

    * Kunjungan balik oom Brad… 🙂

    Like

  8. Saya setuju dengan anda. Ndak ada salahnya kalau pihak Kedubes US memanfaatkan blogger selama itu ndak bertentangan dengan hukum yang berlaku. Kalau sama-sama diuntungkan tanpa mengorbankan pihak lain di luar blogger dan kedubes, kenapa ndak?

    😉

    Like

  9. Ada seorang peniliti US bernama Jamie Morgan yang katanya sedang melakukan penelitian tentang blogshop tempo hari pesanan dari US-Indonesia Society aka USINDO.

    Tujuan penelitian tidak jelas, tapi dia banyak nanyak-nanyak tentang blogshop dan pesta blogger. Apakah ini penelitian untuk melihat sejauh mana keberhasilan Public diplomacy 2.0, saya juga bingung.

    Yang pasti blogger tidak bisa disetir oleh siapapun.

    Like

    1. Jamie Morgan kalo gak salah waktu itu datang ke PB 2010 juga ya. Yang jelas Amerika memang punya agenda ‘menjaga kelangsungan demokrasi’ di seluruh dunia, seperti yg Enda katakan lewat media. Terlepas dari itu semua, saya pikir biarkan saja mereka melakukan penelitian. saya tetap menganggap kerjasama US Embassy dgn PB adalah kerjasama sponsorship biasa. dan benar sekali, blogger tidak bisa disetir 😀

      Like

Leave a comment