Suka-Duka (Diajak) MLM

Aaah, Multi Level Marketing. Sebuah topik pembicaraan yang tiada habisnya untuk diperbincangkan. Saya percaya kita semua pasti pernah bersinggungan dengan MLM, dari sekedar membaca brosur sampai menjadi pelaku utamanya. MLM adalah sebuah jenis usaha yang banyak menuai pujian maupun mengundang caci-maki. Perkenalan dengan MLM biasanya dimulai dengan pemaparan cerita beberapa orang yang sukses dan berpenghasilan sekian puluh juta dalam sebulan dan diikuti dengan kata-kata motivasi yang sangat memberi inspirasi.

Sampai di sini saya ingin menjelaskan dulu tentang posisi saya. Saya tidak sedang memuji-muji atau memaki-maki bisnis MLM dalam postingan ini. Saya percaya bahwa setiap orang dapat menjalankan kegiatan usahanya di berbagai bidang dan sukses, termasuk MLM. Jadi terlepas dari segala kontroversinya, saya pikir menjalankan usaha berbasis MLM tetap dapat menuai kebaikan. Tetapi dengan banyaknya jenis usaha MLM yang berkembang akhir-akhir ini saya jadi menyaksikan banyak ekses dari persaingan usahanya. Pertama, ragamnya jenis usaha MLM tersebut kadang membuat saya geleng-geleng kepala dan berkata “Ih, kok bisa ya yang begituan dibikin MLM?!” Misalnya saja jualan pulsa (sudah umum), produk kesehatan (paling banyak), sampai kepada yang unik dan membelalakkan mata seperti Paket Tour ke Holy Land (Israel & Yordania). Ajaib kan?! πŸ˜€ Kedua, semakin banyak orang yang ikut serta dalam MLM membuat saya jadi mengira bahwa semua jaringan pertemanan saya adalah para pelaku MLM, hehe. Itu juga yang membuat saya berpikir bahwa pasar MLM sekarang sudah mulai jenuh sehingga tidak ada lagi “jaminan sukses” bagi pelaku MLM kecuali kalau ia mendapat durian runtuh. Ekses ketiga adalah stigma negatif di masyarakat yang cenderung memandang pertemuan MLM, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, sebagai sarana untuk menjebak kita supaya menjadi downline-nya.

Nah, ekses terakhir inilah yang susah-susah gampang untuk ditembus sehingga menuntut kreativitas lebih dari para upline untuk mengajak calon downline guna menghadiri presentasi MLM. Beragam taktik pun ditempuh mulai dari yang santun seperti mengajak “bisnis” sampai ajakan-ajakan lain, yang sekilas tampak normal, namun ternyata “ditunggangi” MLM. Apa sajakah itu?!

Trik-trik Mengundang ke Pertemuan MLM

Saya mulai dengan pengalaman pribadi dulu deh. Awalnya adalah sebuah reuni biasa dengan seorang teman kuliah yang ditemani oleh orang lain lagi (teman kantornya) yang baru saya kenal. Reuni malam itu berakhir biasa saja dengan saling bertukar kartu nama. Beberapa hari berikut, si teman baru ini mengontak saya dan mengajak bertemu karena katanya keahlian saya berbahasa Jepang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan. Saya langsung membayangkan sebuah proyek yang menjanjikan dari segi finansial; saya pun setuju datang. Teman baru saya tersebut kemudian berkata bahwa sebenarnya yang ingin bertemu adalah kakak perempuannya dan saya disarankan untuk berkomunikasi langsung dengan kakaknya itu. Saya lalu menelepon kakaknya dan diyakinkan kembali bahwa saya memang diminta datang karena mereka butuh orang yang bisa berbahasa Jepang. Saya lalu diminta datang ke sebuah pertemuan yang dilangsungkan di sebuah gedung perkantoran di Sudirman. Detail tempatnya menyusul, katanya. Yang penting siap aja jam 7 malam. OK!

Sesampainya saya di lobby saya lalu menelepon kakak si teman baru saya itu (teman saya sendiri tidak bisa hadir, katanya). Namun yang anehnya telepon sang kakak tidak aktif; telepon teman saya juga tidak diangkat-angkat. Tak lama kemudian saya mendapat SMS dari sang kakak yang bilang bahwa ia sudah ada di Ruang K, silahkan menyusul ke dalam. Karena tidak tahu lokasi Ruangan K, saya pun bertanya ke satpam. Dan kagetlah saya mendengar jawaban polos dari Pak Satpam, “Oh, Ruang K yang ada acara MLM ya?!” Saya langsung balik kanan tanpa memasuki ruangan dan tanpa berpamitan dengan kakak. Di tengah jalan saya akhirnya berhasil berbicara dengan teman saya tersebut dan meluncurlah kekesalan saya karena merasa tertipu.

Mengapa saya merasa tertipu? Jelas karena saya tidak menyangka akan diundang ke sebuah pertemuan MLM. Namun bukan itu yang membuat saya marah, melainkan karena bentuk ajakannya sama sekali tidak menyiratkan tawaran itu dan malah memberi kesan bahwa ada lowongan pekerjaan yang akan ditawarkan bagi saya dan menyebut-nyebut keahlian berbahasa Jepang segala. Bagi saya, sang kakak tidak memiliki niat baik ketika mengundang saya dan hanya berusaha menjebak agar saya datang ke pertemuan MLM itu. Alih-alih mengikuti MLM, saya malah jadi membenci MLM dan selalu menaruh curiga jika ada teman yang mengajak bertemu dengan alasan ada yang ingin dibicarakan tapi tidak jelas apa maunya.

Sebelum kejadian itu sebenarnya saya pernah datang ke pertemuan MLM yang sama. Yang mengundang saya adalah seorang teman baik yang sudah dikenal lama dan tawaran yang ia ajukan adalah, “Eh, gue ada business opportunity nih yang gue mo tawarin ke elu. Selasa malam lu ada waktu gak?!” Saya datang ke acara itu dan terkejut karena itu adalah pertemuan MLM. Namun paling tidak teman saya itu tidak berbohong; MLM memang merupakan sebuah kesempatan berbisnis. Unsur ‘setengah memaksa’ yang biasanya dialami oleh calon downline terjadi juga pada saya, namun pada akhirnya hubungan dengan teman saya tersebut tetap baik meski saya menolak kesempatannya.

Trik-trik Menindaklanjuti Calon Downline

Selepas pertemuan yang saya hadiri itu, teman saya masih setia menelepon dan mencoba mengajak saya bertemu untuk presentasi secara pribadi. Saya akhirnya setuju untuk bertemu lagi dan kita ngobrol banyak sambil makan siang. Melihat sikap defensif saya, teman baik saya tersebut tampaknya tidak memaksakan apa-apa sehingga kita tetap terus makan siang dengan nyaman. Di akhir makan siang tersebut ia memberikan saya 2 buah kaset yang berisi pidato motivasi tentang kepemimpinan dan meminta saya untuk mendengarkannya. Namun kaset itu ternyata tidak diberikan kepada saya secara cuma-cuma. “Kaset ini gue pinjemin ke elu ya. Didengerin. Minggu depan gue ambil.” Dan sejak itu ia sering menelepon atau mengirimkan SMS sekedar menanyakan apakah saya sudah mendengarkan kaset-kaset itu atau belum. Saya tidak menyadari bahwa sebenarnya saya telah berhasil “diikat” olehnya untuk terus mempertimbangkan tentang MLM.

***

Reputasi bisnis MLM yang sebenarnya menjanjikan itu sayangnya rusak oleh sekelompok orang yang menghalalkan banyak cara untuk menjaring calon downline. Saya agak bisa memahaminya karena sudah banyak orang yang mengikuti MLM, atau sebaliknya, banyak yang apriori sehingga tambah sulit mencari prospekan. Namun tanpa mereka sadari, praktik yang mereka lakukan itu justru merusak jaringan yang mereka ingin bangun sendiri dan malah akan menjauhkan mereka dari orang-orang yang kesal karena merasa tertipu. Termasuk saya yang sudah kesal sama MLM 😦

Terus kapokkah saya setelah insiden “penipuan” tadi?!

Beberapa bulan kemudian seorang teman kuliah saya yang lain lagi menelepon, “Hei, gue lagi di gedung lo nih, ada interview. Turun makan siang bareng yok! Sekalian gue mau presentasi Amway nih ke elo. Hehe.” Maka dengan riang saya mengiyakan ajakannya dan jadilah kita makan siang sambil mengobrol soal MLM. Memang saya tidak tertarik akan penawarannya, namun saya menghargai kejujurannya dalam berpromosi sehingga saya bisa mendengarkan presentasinya apa-adanya tanpa merasa kesal. Tapi ah, mending cari peluang usaha lain. MLM, meski digembar-gemborkan pengikutnya sebagai jalan menjadi kaya dalam semalam, bukan satu-satunya jalan keluar. Masih banyak peluang lain yang lebih menguntungkan dan bermanfaat bagi saya dan orang lain. Masalahnya, apa peluangnya?! πŸ˜€

Apakah teman-teman juga memiliki pengalaman unik dengan MLM? Ditunggu sharingnya!

===

Image 1: Riseprogram.com

Image 2: Stay a Stay-At-Home Mom

Image 3: Cartoonstock.com

52 thoughts on “Suka-Duka (Diajak) MLM

  1. pernah ngalamin mulai dari temen SMP, temen SMA, temen kuliah, temen kerja sampe yang terakhir dosen sendiri *cape dech*

    masa mim pe pulang naek kereta yang jam 11 malem karena harus mendengarkan dy presentasi seselesainya kita kuliah.

    jujur ini keterlaluan, mahasiswa yang udah cape seharian kerja, harus kuliah malem, pulangnya ga bisa langsung pulang karena harus mendengarkan dy dulu. nguaaanntuk gila tu padahal.

    besoknya, pas pertemuan terakhir ma dy, mim bolos aja *untung masih punya jatah bolos 1x hehehe..*

    ga da yang salah sih dengan MLM, tapi caranya penyampaiannya yg salah, terutama buat yang terakhir itu. ga kasian apa ya liat muka kita dah pada cuaaapeee ditambah perjalanan pulang yg masih sangat jauh. *curcol dah tu hihihi..*

    Like

  2. hehehe, kalo tawaran dan “pemaksaan” ikut MLM sih sering banget ngalamin. dari MLM pulsa, kesehatan, fashion, dll
    tapi karena emang dasarnya nggak punya minat dan bakat di bidang komunikasi -dalam hal ini rayu merayu orang biar beli produk tsb- tawaran itu aku abaikan saja. πŸ˜€
    ayahku yang umurnya sudah 60an itu pun pernah ditawari temannya untuk ikut MLM,hahahaha… ada2 saja

    Like

  3. Ya, tapi sepada yang mahu berusaha. Saya juga tidak meminati MLM jika MLM yang nyalah2, jika ianya halal dan jujur. Why not, sudah rama teman Indonesia saya menjadi kaya dengan MLM di Malaysia ini.

    Like

    1. wah ada kawan baru dari Malaysia datang berkunjung πŸ˜€
      saya bukannya berburuk sangka pada MLM ya, cuma sering kali cara orang meminta kita datang yang tidak patut, lebih cenderung menjebak. kalau memang ada yang sukses dengan MLM, berarti memang rezekinya ada di situ πŸ˜€

      salam hangat dari Jakarta

      Like

  4. Saya gabung di MLM dah 4 kali kalo gak salah
    2 kali keinginan saya sendiri dan ini berhasil. Namun karena ada permasalahan eksternal saya pun mundur.
    1 kali dukung adik
    1 kali dukung pacar di kala itu πŸ˜€

    Saat ini sih saya mending bisnis ril aja deh πŸ˜€

    Like

  5. Wah ini benar-benar sama dengan yang saya alami. Beberapa kali saya juga merasa terjebak dengan ajakan2 mereka.

    Yang membuat saya kecewa adalah saya harus banyak kehilangan teman dan sahabat baik cuma gara2 MLM ini. Mereka jadi memandang saya seolah hanya sebagai “target downline” mereka, bukan sahabat lagi.

    Bertemu dengan mereka saja sekarang saya coba hindari karena sudah bisa diduga topik pembicaraan dengan mereka nggak akan jauh2 dari MLM (DOH)

    Like

  6. Apriori.. itu sih yang juga ada di pikiran gw tentang MLM. Makanya tidak pernah tertarik dengan jenis bisnis ini.

    Biasanya selalu masang alarm untuk orang-orang yang terlibat didalamnya, kalau-kalau diprospek tersembunyi hahaha…

    Like

  7. saya pernah sekali tertipu dan datang ke acara MLM, dan yang “menipu” saya itu sahabat lama saya. Bukan masalah ke acara MLM itu yang saya tidak suka, tapi caranya mengajak yang cenderung menipu itu.

    saya sendiri tidak benci MLM selama itu jujur, tetapi banyak pelaku MLM yang membuat citra MLM itu semakin buruk.

    Like

  8. udah pernah ditawari juga, tapi saya g minat, dan dengan berbagai jurus selalu menghindar kalo diajak ketemuan lagi sama temen saya itu, kecuali kalo tujuannya bukan untuk promosi bisnis itu lagi ke saya πŸ˜€

    Like

  9. saya termasuk dalam praktisi MLM, banyak orang terlalu mendeskriditkan MLM tapi itu bukan masalah Mas, karena semakin banyak orang yang sukses di bisnis MLM maka bisnis yang lain tidak bisa berkembang.

    Peluang MLM cukup besar jika kita mampu menindak lanjuti dengan baik. Konsistensi dan kesabaran itu adalah kunci utama selain kerja keras.

    Tidak semua orang mampu untuk itu memang, dan Mas/Mbak Indobrand termasuk yang mana?

    Like

    1. thanks atas komentarnya. sekali lagi saya tekankan bahwa yg saya permasalahkan bukan MLM-nya, tapi cara orang mengajak ke pertemuan MLM itu yang banyak menjebak. πŸ˜€

      Like

  10. brader, awalnya saya adalah anggota GAM [gerakan anti MLM], tapi saya akhirnya “kejebak” omongan sendiri, setelah gabung di salah satu MLM dan memberi keuntungan yang tidak sedikit. Memang masih banyak yang mengajak orang dengan cara “menjebak” — itu yang di tempat saya dihindari. Dari awal kita diajarin untuk bilang, bahwa kita MLM. Semua itu pilihan bukan brader? Jadi kapan bisa saya prospek? kekekekekekeke……..nice article….saya suka tulisan Anda….

    Like

    1. Hahahaha. Thanks atas kejujurannya. Saya memang terus terang gak suka bisnis ala MLM; merasa gak cocok aja. Tapi kalo utk saling share kerjaan dan usaha masing2 boleh lah. Saya juga ingin tau MLM apa yang Anda punya πŸ˜€

      Like

  11. awal-awalnya saya juga sangat-sangat negatif sama MLM( krn merasa tertipu sama teman juga), tapi kemudian penasaran sama “semangat”nya mereka-mereka :), pernah gabung 3kali, (diajak saudara, teman, teman), hasilnya jadi tahu Native speaker,, ‘kemana aje buk, kok justru taunya lwt mlm :P, dan berkenalan dengan dunia blog awalnya juga dari mlm,,

    Like

  12. #Oom Brad, saya berjuang keras untuk tidak mengucapkan kata-kata makian dan kata-kata merendahkan di komentar ini. Mohon Maklum kalau kata kata saya terasa terlalu halus#

    Panjang Oom kalau mau cerita soal MLM, mah.
    Sebut saja T*an Shi, Rev*ll, Amw*y, Elk*n, hingga Q*est dan aneka macam MLM lain yang kecil-kecil dan nggak terkenal πŸ˜€ *bahkan kitorang so lupa de pe nama* hehehe

    Saya cerita yang paling baru ajah deh. Hmm…saya nggak nyangka, di usia saya yang sudah setua ini *kaburrr*, saya masih tertipu oleh bisnis MLM. Biasa deh, ucapan paling standard dari mereka adalah “Eh, gue ada peluang binis nich” hyaaaaaaaaaaa…udah siap-siap kabur deh pokoknya hahahaha…

    biasanya, kalau ada yg mulai dengan ucapan tersebut, saya langsung todong “bukan MLM kan?” terus biasanya mereka senyum-senyum kecut yang menandakan mereka nggak bisa berbohong dengan baik. Nah, terakhir, ada yang lumayan pinter nich. Mereka mengelabui saya dengan membalas jawab “Hah? Emang lo kenapa sama MLM? segitu antinya? ada pengalaman buruk apa? cerita cerita donk!”. Bodohnya saya, setelah saya cerita dan curcol, saya jadi lupa akan jawaban pertanyaan saya sebelumnya. Jadi, ini MLM atau bukan yach?

    Singkat kata, saya dijadwalkan untuk ketemu dengan seseorang yang punya peluang bisnis ini. Orang yang notabene teman saya ini terus menerus mengingatkan saya akan hari baik tersebut. Saya dikatakan akan sayang sekali melewatkan kesempatan bisnis ini. Apalagi saya, kata temen saya, suka bisnis kecil-kecilan. Hmm…saya jadi berpikir ini bukan MLM kali yach?

    Pada saat hari H, saya diminta untuk datang ke salah satu mall terkenal di Jakarta. Dia janjian sebelumnya pake nanya segala “Kita ketemunya dimana? Yang deket aja yah sama rumah kamu, S*nayan City dech”. Oh, oke, saya nggak ada feeling apapun. Nah, pada hari H, ketika saya sudah mencapai S*nayan City, tiba-tiba dia sms : Gue akan datang terlambat, lo nyebrang aja ke S*C, yang di depan S*nayan City”. DAMN! Ada apa ini? Koq jantung mulai berdegup ga penting….hahaha

    Ya udah deh, udah sampai di sini, sayang banged kalau nggak lanjut. Mari, saya lanjutkan perjalanan ini ke S*C. Saya diminta untuk datang ke Lantai 6. Saya bertanya, “Makan dulu atau gimana nich?”. Dalam pikiran saya, yang datang menemui saya mungkin adalah boss perusahaan. Ada kemungkinan kalau nanti dia akan mengajak saya makan, jadi saya nggak makan dulu, begitu pikir saya. Eh, teman saya malah mengatakan agar saya makan saja dulu. Semakin aneh saja ceritanya.

    Setelah saya selesai makan, mereka datang. Teman saya dan orang yang katanya punya agenda bisnis untuk saya. Alih-alih duduk, mereka langsung mengajak saya untuk masuk ke dalam suatu ruangan. Ajaibnya, di depan ruangan tersebut ada semacam meja panjang yang difungsikan sebagai loket. Harga tiket masuknya Rp. 10.000. Saya menunggu reaksi dari teman saya. Ternyata saya tidak dibayari! Saya mulai menduga-duga pemikiran tersebut, ini adalah MLM *saatnya lari menerobos kaca dan kejar-kejaran dengan mencuri mobil polisi* hahahaha

    Bener saja. Nggak lama kemudian, tampillah orang-orang berpakaian jas rapih, berdandan rapih, dengan senyum lebar dan penuh enerjik. Duh, saya jadi mual membayangkan orang-orang semacam ini. Mereka mulai dengan mempresentasikan keberhasilan hidup mereka. Ujung-ujungnya, mereka menceritakan bahwa upaya mereka mengajak orang disini adalah dengan mengatakan bahwa ini adalah bisnis mudah dan menghasilkan banyak. Mereka tidak secara langsung mengatakan bahwa ini adalah MLM lantaran nama MLM yang sudah kelewat buruk di masyarakat. Presentasi tersebut saya dengarkan dengan hambar. Saya manggut-manggut saja, tanda sopan. Maaf, saya sudah pernah diprospek Amw*y sebelumnya. Di ujung pertemuan, saya diminta untuk datang ke semacam camp dan training yang diadakn di daerah Puncak sana. Biayanya fantastis, dan saya harus mengorbankan hari kerja saya. Mulailah saya mengarang-ngarang cerita bahwa saya banyak urusan di kantor sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan semacam itu. Setelah gagal dirayu, beliau meminta saya untuk ikut seminar yang berskala lebih kecil. Lagi-lagi, saya harus menggunakan akal bulus saya untuk lolos dari jebakan maut ini.

    Karena ia gagal dalam menawarkan dua-duanya *sayang sekali loch, padahal banyak orang terkenal yang bisa memotivasi disini, sayang sekali kalau kamu nggak bisa ikut. Nggak bisa diusahakan?* “Nggak Pak *senyum manis banget*” akhirnya ia meminjamkan saya dua buah CD *yah…kita tampaknya tahu, CD apakah ini*. Ia berharap, minggu depan kami bisa bertemu kembali guna saya mengembalikan CD tersebut. Hhhh….bikin susah dan bikin repot. >.<

    Minggu depan, saya kembali ke orang tersebut dan berkata dengan jujur bahwa saya tidak tertarik sama sekali ikut MLM. Namun, Ia berniat meminjamkan CD lainnya lagi tapi saya tolak dengan halus. Enough is enough.

    Itulah satu pengalaman duka dan dukanya saya ikut MLM.
    Terus terang, nama MLM sudah buruk dan semakin buruk lagi dengan perilaku orang-orang yang ingin mencari kaki anakan dengan instan. Bukannya memprioritas memperkenalkan produk terlebih dahulu, mereka justru sibuk mencari kaki anakan agar bisa segera naik level. Entah yach, saya percaya MLM suatu saat akan jenuh. Yang naik ke atas bisa ditopang dari anak-anaknya. Namun, yang di bawah, mau ditopang siapa lagi? Ini akan menjadi semacam rantai setan yang tiada akhir. Saya juga nggak suka dengan cara seminar yang mengharuskan tamu untuk membeli tiket. Maaf, saya jadi esmosi kalau inget-inget ini lagi. Akhirnya, saya pun tidak berhubungan dengan mereka lagi lantaran malas. Maaf, saya merasa menjadi korban mereka. MLM bisa jadi bisnis bagus untuk beberapa orang, tapi bukanlah bisnis yang ampuh untuk dijalankan setiap orang. Nggak percaya? Coba aja semua orang di dunia ini jadi agen MLM. Nggak ada petani, nggak ada dokter, nggak ada militer, nggak ada guru, nggak ada nelayan, nggak ada administrasi.

    Ting Tong!

    ps:Kalau MLM sudah parah, ada yang lebih parah lagi, namanya Money Game. Mereka nggak jualan produk, tapi jualan sesuatu yang katanya bernama "hak bisnis". Dengan biaya 5 juta rupiah, kita sudah bisa membeli hak bisnis tersebut. Untuk mendapatkan penghasilan $250/ bulan, kita harus mencari 6 orang lagi untuk dijadikan kaki tangan kita. Nanti, 6 orang lagi tersebut juga harus mencari masing-masing 6 orang lagi lainnya agar uang yang kita dapat semakin bertambah. Kisah kisah sukses mereka tampak seperti di awang-awang. Foto-fotonya jelas, naik kapal pesiar, beli mobil mewah, main golf, dan berkeliling dunia. Tapi, hey, saya ngga kenal anda. Saya nggak bisa menjamin itu foto asli atau tidak. Yang saya lihat, teman-teman dekat saya sendiri menjadi korban penipuan money game ini. Saya melihat, tidak ada yang sukses menjual produk money game ini. Bisnis mereka kandas. Iseng-iseng, saya goda mereka dengan "gimana kabar MLM lo?", mereka rata-rata cuma senyum senyum dan enggan untuk menjawab.

    #saya percaya, segala komentar tentang MLM akan memunculkan reaksi dari dua sisi : pro dan kontra. Bisa jadi ada yang setuju sekali akan komentar saya ini. Bisa jadi, ada juga yang gondok setengah mati akan komentar saya ini. Feel Free. Ini Demokrasi #

    Like

    1. Haduh, terus saya tergoda utk copy paste seluruh komentarmu ini di postingan baru, tapi kayaknya bakalan menuai bara deh gue. hahahaha.

      Yah pengalaman saya gak jauh beda sih, meski saya bisa aja bilang pengalaman saya lebih tragis karena saya ditawari lowongan kerja yg memerlukan kemampuan bahasa, jadi gak ada unsur “peluang bisnis” sama sekali. selebihnya trik yg kamu paparkan itu saya alami juga. cuma saya gak terus terang ke dia waktu itu; saya terus tunda ketemuan lagi dgn alasan sibuk.

      sudah jelas bahwa MLM memang bukan utk semua orang. picik sekali mereka yang berargumen bahwa hanya dengan MLM lah mereka bisa meraih sukses.

      Like

      1. Haduh, jangan Oom. Bener, nanti bisa menuai bara dalam sekam *halah*
        ya, saya mau menggaris bawahi kata kata “picik” dalam paragraf terakhir yang Oom Brad tuliskan.

        soal pengalaman Oom Brad, kayaknya itu bener-bener udah ditipu ampe dalem banged tuh….sabar ya Oom ^^

        Ya, saya sich percaya, ada yang bisa sukses dari MLM. But, it is not for me. I believe that!

        Like

  13. beberapa bulan yang lalu saya juga sempat ditawari bisnis mlm oleh tetangga kos kosan saya bang.
    awalnya sih dia bilang ke saya kalo ini beda dengan bisnis mlm
    tapi emang dasarnya saya suka curiga, jadinya ketahuan deh pas waktu diajak dateng ke kantornya, ternyata bisnis ini adalah murni mlm

    kalo ditanya tertarik ato ngga sih saya jawab tertarik
    soalnya dengan iming2ngan kaya dalam waktu singkat siapa coba yang gamau?

    tapi ya gitudeh, saya juga rada males kalo disuruh ngurus bisnis2 ginian
    males nyari downlinenya
    hahaha

    ujung ujungnya sampe sekarang saya ga pernah ikutan mlm :p

    dulu pas smk juga pernah sih diajak temen, ikutan mlm obat-obat gitudeh, tapi tetep aja sayanya nolak. hehehe

    *komentar terpanjang seumur hidup nih*

    Like

  14. Kalau dibilang saya kejebak untuk datang ke pertemuan MLM ga juga karena saya yg mau datang walaupun belum tau itu MLM. Tapi yang bikin saya ngereasa kejebak itu waktu disuruh ikutan Leadership di istora yg waktunya dari jam 12 hingga jam 10 malam. Saya paling ga bisa deh kalo weekend harus pergi slama itu, kasian anak saya waktunya kan cuma weekend buat dia. Dan pinternya orang yg ngajak saya ga tau kenapa bisa gitu bayar 400 rb buat tiket + 150 rb buat anggota amwaynya. Skrg saya bingung nih ngindarin orang tersebut apalagi nih orang patner bisnis kantor. Setiap hari dia nelp nyuruh saya untuk telpnin temen2 saya, keluarga saya, dipinjemin kaset yg isinya sama semua intinya kalo mo sukses harus kerja keras. Karena sudah terlanjur nyemplung dan ga enak sama tuh orang takut hubungan kantor jadi berabe, saya tetep ikut nih MLM dengan cara saya sendiri, saya ga mo bohong kalo ngajak orang, ilang 400 rb ya udah deh, mudah2an besok dikasih lagi sama yg di atas. Dan bisa pindah kerja biar ga ketemu sama orang yg ngajak saya.

    Like

  15. assalamu alaikum,,
    sebenarnya kesalahan hanya ada di paradigma saja,, sapa bilang yg jalanin MLM (dalam hal ini saya bahas tiens dgn support sytem UNICORE) itu mesti bakat, salah besar … coba tnya yg udh sukses … mreka smua gda yg bakat utk jdi pngusaha MLM … contohnya pak Louis Tendean … beliau dulunya hanya penjual VCD BAJAKAN … v karna dia yakin dan mau merubah nasibnya ia rela jalankan bisnis tianshi,, dan hasinya .. kehidupannya berubah total. sekarang beliau masuk pemasar terkaya d’indonesia dengan penghasilan 2 milyar perbualan … slain beliau,, ada juga ibu diah safitri, beliau dulunya hnya anak orang tidak mampu, beliau juga g bakat MLM, tpi beliau terpaksa harus bakat karna beliau bosan dengan kemiskinan. dan karna keyakinan dan kerja kerasnya beliau telah merubah banyak orang untuk sukses melalui bisnis ini … sekarang mungkin kita masih enak karna masih punya pekerjaan yg layak dan penghasilan mencukupi untuk diri sendiri dan keluarga. tapi apakah anda bisa menjamin kalau anda akan bekerja selamanya. ada kalanya kita tidak bisa bekerja lagi, lalu siapa yg akan membiayai keluarga anda. maka dari itu saya sarankan lakukanlah sebuah pekerjaan sampingan yg tidak menggunakan modal besar n hasilnya tidak terbatas !

    MLM mank bnyak macamnya, tapi carilah MLM yang benar” mengajarkan kita untuk mebangun sebuah aset,, tapi sran saya,, jika anda yakin dan mau merubah hidup anda .. segera JOIN TIANSHI dengan SUPPORT SYSTEM UNICORE. jika anda sayang dengan keluarga anda, lakukanlah yg terbaik buat mereka ! jika anda masih menganggap bisnis ini sepele ! coba anda baca buku The Cashflow Qudrant buatan Robert. T. Kiyosaki … mudah”an saja paradigma anda bisa terbuka. lagian jalanin bisnis ini dengan kerja sbgai apapun tujuannya kan sama, UNTUK DAPAT UANG ! so ngapain kita mw ngorbanin wktu kita kerja tiap hari selama puluhan tahun nantinya cuma untuk dapat gaji yg udh d’target tiap bulannya. sedangkan kita gmw jalanin sesuatu yg jauh lebih menjamin msa depan 2 smapai 3 tahun kedepan jika kita sungguh” dalam menjalankannya !

    baca bukunya dulu yaa,, didalam buku itu bukti bahwa MLM adalah pekerjaanx ULTRA KAYA !
    JUST SHARE !

    Like

  16. Maaf ya brader kl salah2 kata nih…..mnurut saya konsep dari semua MLM itu sm yaitu membangun sebuah jaringan gt deh hehehe ……
    sama aj qta sbg [engguna dari produk MLM itu sendiri dan sebagai orang yg mencari partner. kl yg qta beli maka qta dapet point trus qta jual dapet point, trus kl jual nya ga laku2 dpt point ga yach hehehehehe …….

    bisnis yg lsg ketahuan aj keuntungannya lebih asyik heheeheh………

    kalo mo kreatif lagi qta buat deh produk2 lain. its simple brader……..yg penting qta bisa kreatif atw tdk.
    ga harus ikut2an MLM kl mo kaya atw keliling dunia atw juga pergi haji.

    Like

  17. saya pernah di ajak sama temen saya yg namanya bisnis MLM propolis.
    kata dia sih bisnis propolis itu bukan MLM, tapi setelah dia ngomong panjang lebar akhirnya dia ga bisa mengelak lagi kalo itu emang benar bisnis MLM.

    Like

  18. dari pada lo semua pada kesel ma orang-orang yang mengajak MLM. BACA DULU NIHH…
    lo sendiri tau gak kenapa dia ngajak lo ?? ( kenapa yang di ajak teman dekat atau saudara bukan orang jauh yang tidak dia kenal)

    trus tau gak gmna perasaan temen lo ketika lo berpendapat sisnis tentang MLM yang sedang dia jalani ???

    trus gmn perasaan temen lo ketika lo menolak dia mentah-mentah…??

    yang saya ketahui, sebenarnya temen anda hanya ingin berbagi info tentang bisnis MLM, untuk masalah ketertarikan mungkin itu bisa di pertimbangkan oleh anda sendiri baik buruknya dan join or tidaknya. toh pada kenyataannya mereka yang mengajak tidak meng hipnotis anda kan ???

    jika anda memang tidak tertarik sebisa mungkin anda bicara langsung sehingga dia tidak terus-terusan membujuk anda….

    saya berbicara seperti ini karena saya pelaku bisnis MLM dan saya tau percis perasaan-perasaan mereka yang di tolak,,, dan tujuan mengapa mereka mengajak anda.. tnks shearingnya

    Like

  19. maaf komentarnya baru padahal postingan dah lama……

    saya pernah juga di ajak mlm oleh teman saya dan kebetulan saya pun terpikat karna pengen nyoba gitu….setelah saya mencoba untuk jalani …ternyata saya kurang cocok dengan mlm,pernah saya mengajak teman untuk ikut mlm tapi setelah saya rayu dia tidak mau, dan teman saya yang menjadi upline saya itu selalu mendesak saya mencari downline dengan cara membohongi,tapi saya merasa itu sangat memalukan karna saya sangat tidak pandai dalam berbohong jadi saya keluar dari mlm itu…dan akhirnya kapok,benci sih enggakcuma kapok aja,dan kalau ada yang bicara tentang mlm saya segera menjauh…

    Like

  20. KALO saya…masalnya beda…yang ngajak mlm kakak nya pacar…..gmana yaa caranya nolak..ters aj d ajakin ktemuan

    Like

  21. beberapa bulan lalu saya ikut bisnis mlm di ajak oleh om yang sudah saya anggap bapak sendiri. waktu itu saya mengambil keputusan ikut mlm karena didesak2 dan di kasi bilang kalo bisnis ini baik untuk masa depanmu. saya sih awalnya percaya kareana itu dari om saya. saya percaya dia gak bakal kasih saya hal yang buruk. tetapi jalan 2 minggu saya dapat 2 downline dan saya masih semangat intuk ikut mlm, nah… di ujung perjalanan saya di ajak untuk ikut pertemuan dengan waktu yang panjang 8-9 jam setiap hari.. hingga akhirnya RT saya kacau, pekerjaan sy terbengkalai dsb. saya sempat protes tetapi para leader tdk memperhatikan masalah saya. padahal terus terang para leader itu datang ketempat saya dengan membawa kesaksian2 luar biasa dari rumah, mobil dan uang.
    saya ketika itu mulai suntuk dengan pertemuan2 tsb, karena membosankan dan sama terus inti pembicaraannya. saya sedikit demi sedikit mengurangi jadwal saya ke pertemuan. dan hasilnya leader saya mendatangi saya dan mencuci pikiran saya untuk kembali aktiv di mlm.
    saat itu saya hanya berdoa , Tuhan jika ini kunci dari kesuksesan saya tolong saya beri jalan yang terbaik jika bukan tolong jauhkan saya dari bisnis ini.
    waow…. 2 hari setelahnya saya bertemu anak dari om saya yang pernah ikut bisnis ini, ternyata anak om saya berkata para leader mengapa memaksa saya segera bewgerak cepat… sebab rumah dan mobil yang mereka banggakan adalah hasil pembelian kredit sehingga mereka susah payah menjalankan roda downline nya agar yang diatas cepat dapat bonus…dan rumah dll itu hanya iming2 semata.. sekarang coba pikirkan 1 bulan sudah bisa beli rumah seharga 2,5 M mobil 200 juta.
    semua pilihan sist..bro…karena jalan kesuksesan tidak hanya di mlm atau konvensional , bisa di salah satunya bisa di keduanya. so,,, saya lebih suka bisnis yang riil saja…

    Like

  22. mungkin saya bisa berbakat di MLM, hingga dari tahun 1994 s/d sekarang (2013) masih ada saja teman yang ajak aku untuk ikut bisnis model gitu… tapi JIWAKU sangat menolak.. meski kadang aku hormati undangan mereka, tapi aku tetap kukuh,, GAK SUKA,..> jadi,, jadikan aku sebagai pendengar saja, tapi jangan paksa aku untuk masuk jadi anggota… sesekali BOLEHLAH, aku beli produknya… tapi jangan paksa aku untuk membeli terus… aku sudah menysukuri yang ada padaku sekarang, meski tak tak lebih baik dari yang menjalankan MLM.. sukses bagiku bukan kekayaan, tapi JIWA yang tenang…

    Like

Leave a comment